Sunday, June 28, 2009

Siapa Bilang Komunis Sudah Mati? Beginilah Cara Komunis Memikat Kaum Muda

Rating:★★★★★
Category:Other
Pikat kaum muda lewat seminar, kaderisasi, forum diskusi, film, hingga tempat tongkrongan mahasiswa, musisi, dan peminum khomr.

Tanggal 11 Januari 2009. Bedjo Untung (62 tahun), mantan tahanan politik (tapol) peristiwa G 30 S/PKI, sibuk meladeni tamu di rumahnya di bilangan Kota Tangerang, Banten.

Sekitar 25 orang tamu yang datang dari berbagai daerah di Indonesia bergelut dalam rapat tertutup sejak pagi hingga sore hari di rumah Bedjo. Tema rapat hari itu adalah membongkar kebohongan sejarah tahun 1965-1966.

Selain dihadiri para bekas tapol peristiwa G 30 S/PKI, rapat terbatas itu juga dihadiri sejumlah aktivis Hak Asasi Manusia (HAM). Para peserta adalah Bedjo Untung, Ketua Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965-1966 (YPKP); Mantan Letkol (Udara) Heru Atmojo, eks tapol PKI dari Paguyuban Korban Orde Baru; Sumarsih, ketua Jaringan Solidaritas Korban dan Keluarga Korban (JSKK); Casman, mantan anggota pasukan Cakrabirawa, serta para ketua YPKP daerah seperti Palembang (Sumatera Selatan), Semarang, Sulawesi, Bandung, dan Bekasi.

Agenda Rahasia

Dari pertemuan itu, YPKP diketahui mempunyai sejumlah program kerja ke depan. Yakni, mengupayakan pencabutan TAP MPRS No.25/1966 tentang pembubaran PKI dan larangan penyebaran paham komunis/Marxisme- Leninisme, pencabutan pasal 32 dan 33 UUD 1945, serta penelusuran sejarah peristiwa 1965-1966.

Bedjo, sang empunya rumah, berbicara panjang lebar tentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Orde Baru dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) pimpinan mantan Presiden Soeharto. Lebih jauh, Bedjo bahkan mengklaim jatuhnya rezim Soeharto adalah buah keberhasilan usaha YPKP.

Dua pekan kemudian di tempat yang sama, pertemuan kembali digelar. Namun, rapat kali ini hanya dihadiri enam orang. Sumini Martono, mantan anggota Gerwani, ikut urun rembug. Rupanya Polresta Tangerang mencium gelagat tidak beres ini. Polisi segera membubarkan rapat tersebut dengan alasan tidak memiliki izin. "Sungguh sangat tidak masuk akal, dan sungguh sangat berlebihan," ujar Bedjo menanggapi aksi aparat.

Gerakan Nasional Patriot Indonesia (GNPI), yang ikut mengintai jalannya pertemuan rahasia ini, menemukan sejumlah dokumen agenda rapat. Di antara agenda tersebut adalah penguatan organisasi, pembahasan internal ideologi komunis, pencabutan TAP MPRS/25 tahun 1966, penolakan Pancasila sebagai dasar negara, serta rencana rapat kerja nasional YPKP yang akan diadakan di Puncak, Jawa Barat, atau di SBSI Center, Cisoka, Tangerang.

Ketua Bidang Khusus GNPI, Firos Fauzan, dalam laporan yang ditujukan kepada Kapolri mengatakan, pihaknya telah bekerjasama dengan ketua RT, ketua RW, dan tokoh setempat untuk  menolak rapat yang digelar tanggal 25 Januari 2009 itu. "Hasilnya, rapat tersebut dibubarkan oleh Polres Tangerang," kata Firos yang juga pengurus Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia ini.

Kado Buat Rakyat Indonesia

Sebagai wadah resmi bekas tapol dan keluarga PKI yang terdaftar di Departemen Hukum dan HAM RI, YPKP memang giat menyerukan pelurusan sejarah peristiwa 30 September 1965.

Sejak tumbangnya Orde Baru, YPKP bersama sejumlah LSM HAM intens menggelar diskusi untuk menghapus stigma negatif para bekas tapol dan keluarga PKI yang dicap sebagai dalang peristiwa berdarah 30 September 1965 ini. Sasarannya meliputi masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, hingga tokoh masyarakat.  Salah satu caranya melalui pemutaran film dokumenter.

Sebuah film berjudul Kado Buat Rakyat Indonesia (KBRI) sudah merekapersiapkan untuk cuci tangan dari persitiwa G 30 S/PKI.  Film tersebut berdurasi sekitar satu jam, berisi kesaksian dan komentar bekas tahanan politik PKI, tokoh HAM, aktivis mahasiswa, bahkan tokoh Islam, tentang peristiwa 1965 yang juga menelan banyak korban dari pihak PKI itu. "Ternyata PKI tidak bersalah," ujar seorang mahasiswa seusai menonton pemutaran film tersebut di sebuah kampus di ibukota. Dalam film ini, PKI memang diposisikan sebagai korban konspirasi rezim militer dan kaum kapitalis lokal yang disokong oleh Amerika Serikat.

Adanya pernyataan tokoh Nahdhatul Ulama, Yusuf Hasyim, dikutip secara tidak utuh dalam film ini. Yusuf dibuat seolah menyesali ribuan anggota PKI yang menjadi korban pembunuhan, tanpa menyinggung peran PKI yang mendalangi pembunuhan enam jenderal dan satu perwira TNI pada masa itu.

Selain cukup ampuh menghapus cap negatif tentang PKI, ternyata film ini juga digunakan sebagai alat kaderisasi organisasi-organisasi mahasiswa berhaluan "kiri" yang mengklaim diri mereka sebagai gerakan pro demokrasi. Organisasi mahasiswa itu antara lain Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Front Mahasiwa Nasional (FMN), Serikat Mahasiwa Indonesia (SMI), dan Front Nasional Mahasiwa Resistance (FMNR).

Ketua Umum LMND, Lalu Hilman Afriandi, mengatakan hingga saat ini film KBRI masih  digunakan pada program kaderisasi LMND. Selain lewat pemutaran film, rekrutmen kader juga dilakukan secara formal, yaitu melalui forum diskusi, advokasi isu mahasiswa, hingga tongkrongan (kumpulan) mahasiswa.

LMND sendiri kerap dicap sebagai gerakan kiri pengusung komunisme. Cap ini dilekatkan karena mereka gemar mengangkat isu-isu revolusi, pertentangan kaum buruh dan petani dengan kapitalisme. Namun, Lalu mengaku tidak menggubris tudingan tersebut. Malah, pria kelahiran Lombok yang cukup fasih menyitir ayat al-Qur`an ini mengatakan, ”komunisme bukan lagi sesuatu yang menakutkan bagi rakyat.”

"Stigma-stigma komunis seperti itu sudah lewat lah. Itu kan usaha Orde Baru mematahkan lawan politiknya," ujarnya saat diwawancarai Suara Hidayatullah di kantor pusat LMND di kawasan Tebet, Jakarta, bulan lalu.

Atheis pun Diajarkan

Seorang sumber Suara Hidayatullah, bekas pengurus teras LMND Jakarta, mengatakan, melalui film KBRI mahasiswa diajak membenci penindasan. Tapi, tidak sampai di situ. Selanjutnya, secara berkesinambungan, kader-kader baru akan diajarkan ide-ide kiri melalui program pendidikan internal.

Ide-ide kiri tersebut, misalnya, marxisme, sosialisme, komunisme, yang mendasari gerakannya pada filsafat materialisme dialektika historis yang anti Tuhan (atheisme). Mahasiswa yang gemar mabuk-mabukan dan sebagian seniman, menurut sumber tadi,  sangat menggandrungi ideologi Marxisme. Sebab, ideologi ini menjadi dalih untuk lepas dari aturan-aturan agama.

Dalih yang digunakan untuk mengingkari tuhan adalah logika materialisme semata. "Contohnya, Tuhan tidak bisa dibuktikan secara rill, secara materi. Wujud, bentuk, ukuran, dan sifatnya tidak bisa dibuktikan oleh alat indera manusia," ujar sumber yang juga mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) ini.

Agung, alumnus Universitas Bung Karno Jakarta yang sempat aktif di gerakan kiri, punya cerita lain. Dulu dia pernah ditanya seniornya tentang Tuhan. ”Kalau Allah maha kuasa, bisakah Allah menciptakan batu yang sangat besar, yang Dia sendiri tidak mampu memikulnya?” Agung mengaku sempat terjebak oleh pernyataan itu. Karena pertanyaan itu, ia menjadi tak percaya adanya Tuhan (atheis).

Namun, sekarang dia mengaku bertaubat. Dia sadar bahwa pertanyaan yang dilontarkan senior itu salah. "Pertanyaannya yang salah. Allah subhanahu wata'ala terbebas dari sifat-sifat ketidakmampuan," tukas Agung.

Doktrin filsafat materialisme atheis ala Marx bukan hanya diadopsi LMND saja. Hampir setiap gerakan yang mengatasnamakan kiri, sosialis, juga memakainya. Hal ini diakui oleh Thomas Fernando, senior Komite Aksi Rakyat Teritorial (KARAT) kepada Suara Hidayatullah.

"Iya. Saya menyaksikan banyak gerakan kiri  menanamkan ide atheisme Marx kepada kader-kader mereka," ungkap Nando. Meski model gerakan anarki yang dipakainya termasuk kiri, Nando tetap meyakini adanya Tuhan Sang Mahapencipta. Dia sendiri menjalankan shalat dan isterinya pun berjilbab.

"Anarki cuma cara atau alat pergerakan saja. Bukan sebagai ideologi," katanya.

Disinggung tentang filsafat materialisme Marx yang diajarkan di LMND, Lalu, sang ketua umum, tidak menyangkalnya. Menurutnya, organisasi dengan 60 cabang tingkat kota di 21 provinsi yang dipimpinya ini mengajarkan semua aliran besar filsafat, tidak hanya filsafatnya Karl Marx.

Namun,  Lalu mengakui banyak ajaran Marx yang terbukti kebenarannya saat ini.  Teori pertentangan kelas, misalnya. "(Terbukti) pertentangan politik yang terjadi saat ini adalah perang ekonomi antara borjuasi dengan buruh. (Teori) ini cukup bisa dijadikan basis analisa," katanya.

Menurut Lalu, masalah terberat dalam ajaran Marxisme adalah ketika bicara tentang Tuhan. Namun, baginya, masalah atheisme dalam ajaran Marx bukan inti persoalan. Yang penting baginya adalah ajaran Marxisme bisa dipakai untuk membedah persoalan sosial dengan sangat jelas. Dia pun mengaku tetap beragama dan bertuhan.

Seorang sumber Suara Hidayatullah mengakui, tidak semua aktivis kiri memahami dan meyakini ajaran atheis Marx.  Tapi biasanya, ketua umum nasional gerakan kiri berpaham atheis. Memang tidak ada paksaan secara absolut kepada kader untuk menjadi penganut anti Tuhan.  "Itu karena mereka tidak berkuasa. Lain hal kalau mereka sudah berkuasa," kata sumber tersebut.  *Riezky Andhika Pradana, Surya Fachrizal /Suara Hidayatullah

Dan masih ada laporan lainnya yang bisa dibaca di Majalah Suara Hidayatulah Edisi Juni 2009 al:

1. Potong Jalan Lewat Parlemen
2. Islam Dianggap Bukan Solusi
3. Lalu Hilman Afriandi, Ketua Umum LMND
4. "Sosialisme, Itu Cita-cita Kami!"

Sumber: Hidayatullah

Telaah Buku "Ilusi Negara Islam": Halusinasi Penadah Demokrasi

Rating:★★★★★
Category:Other

Telaah Buku : Halusinasi Penadah Demokrasi Dalam  Pamflet Ilusi Negara Islam

Judul: Ilusi Negara Islam, Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia
Penerbit: Kerjasama Maarif dan the Wahid institute
Cetakan I: April 2009, 321 halaman

Proyek terorisme ICG pimpinan Sidney Jones, yang mengguncang opini publik Indonesia (2001-2007), terbukti gagal mengaitkan JI (Jamaah Islamiyah) dengan berbagai institusi penegak Syari’at Islam di Indonesia. Namun, upaya melemahkan gerakan Islam dan memandulkan ideologi jihad kaum Muslimin, agaknya bukan saja belum reda, malah juga kian gigih dilakukan.
 
MELEMAHNYA propaganda ICG (International Crisi Group) seiring kian lumpuhnya proyek terorisme Amerika, dimunculkan lagi isu wahabisme sebagai ideologi transnasional yang berbahaya, guna mengacak-acak gerakan Islam. Agenda provokasi kini dilanjutkan oleh C. Holland Taylor yang bernaung di bawah payung LibForAll Foundation, bersekutu dengan para penadah demokrasi sekaligus bertindak sebagai agen Melayu, yakni Maarif Center dan the Wahid Institute.

Persekutuan LibForAll dengan jaringan spilis (sekularisme, pluralisme, liberalisme), merupakan proyek baru melawan apa yang mereka sebut bahaya ‘infiltrasi ideologi radikal Wahabisme’. Proyek baru ini dibuncahkan dalam bentuk penerbitan buku, yang menyeret sejumlah nama tokoh spilis di dalamnya, antara lain Prof. Dr. Syafi’i Maarif, Prof. Dr. Munir Mulkhan, Abdurrahman Wahid, dan kyai penyair Musthafa Bisri, yang kemudian melahirkan skandal akademik karena terjadinya kebohongan publik.

Pada 16 Mei 2009 lalu, secara bersama-sama, Maarif, the Wahid institute, dan Gerakan Bhineka Tunggal Ika, melaunching buku pamflet bernuansa SARA, berjudul Ilusi Negara Islam (INI). Tapi aneh, seminggu kemudian digugat oleh sejumlah peneliti yang dicantumkan namanya dalam buku dimaksud. Para peneliti tersebut merasa tidak melakukan penelitian yang menghasilkan provokasi murahan itu. Mereka melakukan penelitian yang berbeda secara materi dan substansial. Sehingga apa yang ditulis dalam buku itu, sebagaimana dijelaskan para peneliti yang telah disampaikan ke berbagai media massa, sudah menyimpang jauh dari desain dan tujuan penelitian.

Di buku ini diwacanakan, misalnya, betapa organisasi Islam sebesar Muhammadiyah sudah sedemikian parah ‘diacak-acak’ anggotanya sendiri yang merangkap sebagai aktivis Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Banyak masjid dan lembaga-lembaga pendidikannya ‘diserobot’ orang-orang partai. Begitu pula NU, di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah saja, katanya sudah ‘kehilangan’ 11 masjid/mushala, belum lagi di Jawa Timur.

Buku Ilusi Negara Islam, memang sarat dengan muatan kebencian, politisasi dan juga adudomba antara warga Muhammadiyah dan NU yang secara sengaja ataupun kebetulan berafiliasi secara politik ke Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ada juga yang disinyalir aktif di organisasi gerakan lain yang dicap radikal seperti Front Pembela Islam (FPI), dan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).

Kategorisasi Islam radikal yang dilabelkan pada gerakan Islam, seperti PKS bersama-sama HTI, Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII), MMI, FPI, dan sejumlah ormas Islam lainnya. Menunjukkan dengan sangat jelas motivasi dan misi politik belah bambu yang dibawa persekutuan LibForAll. Caranya, memetakan jenis organisasi ‘Islam radikal’ yang harus diberantas, dan meghembuskan amarah ‘Muslim Moderat’ yang bertindak sebagai penadah demokrasi dan bersahabat dengan orang-orang kafir.

Buku ini menjeneralisir bagaimana infiltrasi wahabi dan salafy ke tubuh NU dan Muhammadiyah. Tidaqk lupa pula menyebutkan, bahwa ide-ide wahabi sudah banyak menyebar ke dalam fiqih Muhammadiyah yang kemudian menjadikan Muhammadiyah terkenal sebagai ormas Islam yang memproklamirkan purifikasi Islam, pemurnian masyarakat dari unsur TBC: Takhayul, Bid’ah dan Churafat.

Muhammadiyah juga secara institusional pernah menjadi salah satu pendukung utama Masyumi yang dalam pemilu 1955 memperjuangkan Islam sebagai asas dan ideologi negara Republik Indonesia. Dalam sidang tarjih tahun 1959 memproklamirkan penerapan syariat Islam dalam tubuh negara sebgaimana yang dilakukan oleh MMI saat ini. Fakta-fakta tersebut juga menunjukan bahwa sejak dulu di Muhammadiyah terdapat ulama, pengurus dan aktivisnya yang memperjuangkan penegakan syariat Islam secara formal kenegaraan. Apakah mereka merupakan infiltran wahabi dan salafiy yang merusak Muhammadiyah?

Oleh karena itu, buku ini merupakan upaya mengingkari keragaman teologis dan sosiologis –yang selalu mereka gembar gemborkan- dalam persyarikatan Muhammadiyah. Jika hanya menfitnah ulama, pengurus, aktivis dan pengurus Muhammadiyah sebagai para infiltran yang merusak Muhammadiyah, belum seberapa bahaya. Tapi, memprovokasi, menyingkirkan pengurus, ulama dan anggota Muhammadiyah yang secara ideologi dan politik memilih PKS dan HTI, jelas bukanlah prilaku dan akhlak Muslim.

Sementara kita menyaksikan mereka bersanding dengan orang kafir untuk merendahkan saudara Muslim di luar komunitasnya. Kita malu melihat orang Islam menjadi pembantu orang lain. Maka, ini lah buku pamflet yang memaksakan kehendak dan melegitimasi ’jalan sesat’ untuk menyingkirkan para ’wahabi’ dan ’salafy’ dari komunitas NU dan Muhammadiyah?

Halusinasi

Setelah mencoba menggerus permusuhan di antara warga NU dan Muhammadiyah, buku ini alih-alih meredakan suasana atau memberi arah baru untuk persatuan dan membangun supremasi Islam rahmatan lil alamin. Mereka justru membuka konfrontasi baru antara NU-Muhammadiyah melawan generasi muda Islam PKS, HTI, MMI, DDII, FPI; dengan memosisikan mereka sebagai ’musuh’ yang lebih jahat dibanding gerakan zionisme, komunisme, dan sekularisme.

Di antara bentuk provokasi, pelecehan, sekaligus kebebalannya menghadapi kenyataan, dapat dilihat pada halaman pengantar buku tulisan Syafii Maarif. Kata-katanya menyedak, menganggap pelaksanaan syari’at Islam melalui kekuasaan sebagai kebodohan.

“Dibayangkan dengan pelaksanaan syariah ini, Tuhan akan meridhai Indonesia?” Anehnya, semua kelompok Islam fundamentalis anti demokrasi, tetapi memakai lembaga Negara demokrasi untuk menyalurkan cita-cita politiknya. Fakta ini menunjukkan satu hal: bagi mereka bentrokan antara teori dan praktik tidak menjadi soal. Dalam ungkapan lain, yang terbaca di sini adalah ketidakjujuran dalam berpolitik; secara teori demokrasi diharamkan, dalam praktik digunakan, demi tercapainya tujuan.”

Seperti biasa, retorika Maarif berbunga-bunga penuh distorsi, tapi miskin logika dan kosong nash syar’i. Ibarat pisau yang digunakan menusuk dan memburai usus orang lain. Seketika dia marah menjerit-jerit, tatkala orang yang disakiti dan ditusuk pisau demokrasi itu, balas menusuk dan membongkar kebusukannya menggunakan cara dan pisau yang sama. Bukankah adil, bila dalam kaitan ini kita mengikuti nasihat Qur’an, “tidak salah bila kamu balas menggunakan cara yang sama dan seimbang?” (Qs. 16:126; 22:60).

Sebagai penadah ideologi transnasional demokrasi, para penggagas buku ini bukanlah representasi pemikiran Islam, baik di NU maupun Muhammadiyah. Tetapi berambisi menunjukkan adanya konspirasi transnasional yang bekerja di Indonesia, yang telah menyusup ke tubuh Muhmmadiyah dan NU.

Dalam konteks perang AS melawan terorisme di seluruh dunia saat ini, kita dapat membaca bahwa buku ini hendak mencari keterkaitan antara orang-orang wahabi dan salafy di tubuh NU dan Muhammadiyah, atau ormas/partai Islam lain: PKS, HTI, DDII, MMI dan FPI dengan organisasi teroris global seperti JI (Jemaah Islamiyah) dan/atau al Qaidah di Indonesia. Tapi tidak menemukannya, selain tuduhan dusta.

Artikel ’Musuh Dalam Selimut’ yang dinisbahkan pada Abdurrahman Wahid, adalah buktinya. Dikatakan, ”Pada umumnya aspirasi kelompok garis keras di Indonesia dipengaruhi oleh gerakan Islam transnasional dari Timur Tengah, terutama Wahabi dan Ikhwanul Muslimin atau gabungan keduanya. Kelompok garis keras, termasuk partai politiknya, menyimpan agenda berbeda dari ormas Islam moderat seperti Muhammadiyah dan NU, dan partai-partai berhaluan kebangsaan.

Kelompok garis keras telah ’berhasil’ mengubah wajah Islam Indonesia menjadi agresif, beringas, intoleran, dan penuh kebencian.

Kelompok garis keras berusaha merebut simpati umat Islam dengan jargon membela Islam, dengan dalih tarbiyah dan dakwah amar ma’ruf nahy munkar. Sementara mereka sendiri memahami Islam tanpa mengerti substansi ajaran Islam sebagaimana dipahami oleh para wali, ulama, dan pendiri bangsa. Lebih dari itu, sebagai bangsa kita harus sadar bahwa apa yang diperjuangkan aktivis garis keras sebenarnya bertentangan dan mengancam Pancasila dan UUD 145, dan bisa menghancurkan NKRI.”

Nampaknya, publikasi buku ini dirancang sebagai referensi politik guna menohok serta mendiskreditkan PKS dan HTI –gerakan Islam yang dianggap mewakili ideologi transnasional. Untuk membangkitkan sentimen hizbiyah di antara ormas NU dan Muhammadiyah, tidak lupa Gerakan Wahabi dan Ikhwanul Muslimin ‘dijual’ sebagai isu utama ideologi transnasional.

“Infiltrasi kelompok garis keras ini telah menyebabkan kegaduhan dalam tubuh ormas Islam Islam NU dan Muhammadiyah. Gerakan garis keras transnasional dan kaki tangannya di Indonesia telah lama melakukan infiltrasi ke Muhammadiyah. Dalam Muktamar Muhammadiyah di Malang, Juli 2005, para agen kelompok garis keras, termasuk kader-kader PKS dan HTI, berhasil memilih beberapa simpatisannya menjadi ketua PP Muhammadiyah. Karena infiltrasi yang semakin kuat inilah, tokoh-tokoh moderat Muhammadiyah menganggap situasi semakin berbahaya.”

Masih kata Durahman, “Salah satu temuan yang sangat mengejutkan para peneliti lapangan adalah fenomena rangkap anggota (dual membership), terutama antara Muhammadiyah dan garis keras. Bahkan tim peneliti lapangan memperkirakan sampai 75% pemimpin garis keras yang diwawancarai punya ikatan dengan Muhammadiyah.

Selain terhadap Muhammadiyah, penyusupan juga terjadi secara sitematis terhadap NU. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penyerobot masjid NU adalah kelompok PKS dan HTI. Sementara terkait dengan isu khilafah yang diperjuangkan HTI, Majelis Bahtsul Masa’il memutuskan bahwa Khilafah Islamiyah tidak memiliki rujukan teologis, baik di dalam Qur’an maupun hadits.”

Hujatan terhadap gerakan Islam dan penegakan syari’at Islam, di dalam buku ini masih panjang. Tapi membahasnya sia-sia, mengingat seluruh isi buku ini tertolak –dalam istilah hadits termasuk mungkar- karena sudah dibantah, bahkan para penelitinya berlepas diri dari keterlibatannya dalam penelitian.

 Maka tidak berlebihan bila buku ini dipandang tidak lebih dari sekadar halusinasi kaum penadah demokrasi. Sebagai cermin dari sikap, tindakan, serta pemahaman Ahmad Syafii Maarif dan Abdurrahman Wahid, dua tokoh Muslim liberal yang bertindak sebagai penanggungjawab isi buku. Mereka ‘sakit hati’ mengetahui pemikiran sekulernya terkikis habis di komunitas NU dan Muhammadiyah. Penyebabnnya -seperti yang mereka beberkan sendiri dalam buku ini- adalah infiltrasi ideologi Islam radikal di tubuh kedua organisasi itu.

Tidak Ilmiah

Buku Ilusi Negara Islam, yang diterbitkan menjelang Pemilu dan Pilpres 2009 ini, sama sekali tidak memuat laporan hasil penelitian ilmiah, sebagaimana diklaim Holland Taylor dan Abdurrahman Wahid. Buku ini tidak lebih dari sekadar pamflet politik. Parahnya lagi, tidak ada penjelasan –bukan editor- siapa penulis buku tersebut.

Dari segi metodologi, isi buku ini pasti tidak bisa dipertanggungjawabkan. Klaim hasil penelitian selama dua tahun di 17 provinsi wilayah Indonesia, hanyalah dusta belaka. Buktinya, peneliti lapangan, Dr Zuli Qodir, Adur Rozaki MSi, Laode Arham SS, Nur Khalik Ridwan SAg memprotes keras publikasi buku Ilusi Negara Islam yang diterbitkan secara keroyokan oleh the Wahid Istitute, Maarif Institute dan Gerakan Bhineka Tunggal Ika. Alasan protes mereka tegas, bahwa buku tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka teliti, dan isinya mengadu domba umat Islam.

Dalam nota protes yang dilayangkan ke LibForAll, Zuli Qodir menegaskan, isi buku itu bukan merupakan hasil penelitiannya meskipun mereka disebut sebagai penelitinya. Sebab isi dari buku tersebut telah menyimpang dari apa yang mereka teliti. Selain itu, pihaknya juga tidak dilibatkan dalam proses penerbitan.

“Kami tidak pernah diajak dialog di dalam proses menganalisis data dan membuat laporan peneliltian sampai diterbitkan menjadi buku,” kata Zuli.

Dalam proses pengumpulan data, lanjut Zuli, beberapa nama yang dicantumkan sebagai peneliti jauh hari sudah mengundurkan diri seperti Khalik Ridwan dan Abdur Rozaki, namun masih dicantumkani. Padahal keduanya sudah tidak lagi terlibat dalam tahap penelitian sejak pengumpulan dan analisis data, penulisan laporan hingga penerbitan buku.
Menurut Zuli, tujuan penerbitan buku 'Ilusi Negara Islam' telah bergeser dari riset yang semula bertujuan akademik kepada politis.

“Para peneliti merasa namanya dicatut hanya sebagai legitimasi politis dari kepentingan pihak asing. Sebagaimana dilakukan Holland Taylor dari LibForAll, Amerika Serikat yang begitu dominan bekerja dalam kepentingan riset dan penerbitan buku ini,” jelasnya.

Karena itu, peneliti Yogyakarta menuntut kepada LibForAll untuk menarik peredaran buku tersebut jika tetap mencantumkan nama-nama peneliti Yogyakarta. “Kami menghimbau kepada para peneliti dan intelektual Indonesia untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah diperalat dan dimanipulasi oleh kepentingan agen intelektual asing yang bekerja di Indonesia,” tandas peneliti Yogyakarta.

Sementara Ahmad Suadey, Direktur The Wahid Institute, menurut para peneliti yang mengundurkan diri itu, menolak bertanggungjawab atas fitnah yang ditaburkan buku itu. “Aku malah baru tahu. Kalau gitu perlu klarifikasi ke LibForAll. Kalau perlu teman-teman bikin nota protes tertulis. Aku gak keberatan karena saya tidak berhubungan dengan isi sama sekali,” elaknya enteng.

Menjadi kian tidak ilmiah, bahkan menggelikan manakala diketahui pencantuman KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur sebagai editornya. Sudah sejak lama penglihatan Durahman terganggu, mustahil dia bisa mengedit buku? Apakah buku ini bagian dari kelakar Durahman, merasa sebagai bapak bangsa tapi dalam berpartai pun dia tak dihargai oleh cucunya sendiri?

Dari fakta di atas, kemudian mengaitkannya dengan sponsor penelitian serta aktor di balik penerbitan buku tersebut, jelas Holland Taylor yang konon merupakan anggota Partai Republik Konservatif Amerika Serikat dan kawan dari sang ”predator” Amerika George Bush, sengaja memperalat kelompok oportunis yang mengaku-aku sebagai pembela NKRI. Padahal sebenarnya, tidak lebih dari musang berbulu ayam, yang secara suka rela menjadi komparador asing atas nama demokrasi.

Bahkan secara eksplisit menyebut keterlibatan sejumlah negara-negara Islam lain di Timur Tengah dalam penyebaran dan konspirasi trans-nasional tersebut. Tentu saja ini merupakan serangan ”agen” Amerika Holland Taylor terhadap para aktivis Islam yang memperjuangkan cita-cita politik Syariat Islam, dengan memanfaatkan ’jasa’ para penadah dana demokrasi. Tidak peduli, bahwa aspirasi penegakan syari’at Islam dijamin oleh Konstitusi kita dan UU No. 12 tahun 2005 yang menjamin kebebasan serta hak sipil politik di Indonesia.

Sebagaimana diketahui publik, upaya ini telah dilakukan agen-agen Amerika terhadap Majelis Mujahidin Indonesia, tapi mereka gagal menemukan bukti apa pun. Holland Taylor ingin membuktikannya dengan penelitian panjang yang melibatkan para profesor doktor di Indoensia. Ia telah berhasil menunggangi Munir Mulkhan, dan saling memanfaatkan bersama Syafi’i Maarif, Durahman dan Musthafa Bisri serta para intelektual dan peneliti Indonesia. Namun, mereka gagal lagi, membuktikan tuduhannya. Itulah rentetan skandal dan halusinasi yang dibuat para penadah demokrasi dalam ’ilusi negara Islam’ ini.

Menilai isi buku, yang kemudian diprotes para peneliti lapangan, serta mengetahui Holland Taylor dengan LibForAll sebagai sponsor, kita dapat mengambil pelajaran: pertama, buku Ilusi Negara Islam hanyalah halusinasi (ketakutan) para penadah demokrasi, kehilangan popularitas dan sekadar mencari ’sesuap nasi’, sekalipun dengan menjual agama. Bagi penggagasnya, seperti sabda Rasulullah Saw: ”agama mereka adalah perutnya, wanita sebagai kiblatnya, dan harta benda sebagai cita-citanya yang paling tinggi.”

Kedua, para intelektual Islam di Indonesia sebaiknya tidak menghambat perjuangan penegakkan syariat Islam.

Perjuangan penegakan syari’at Islam di lembaga negara tidak ada kaitannya dengan infiltrasi wahabi, salafy, apalagi jaringan JI dan al Qaidah. Penegakan syari’at Islam adalah seruan Allah semata yang wajib ditaati setiap Muslim.

Ketiga, skandal Ilusi Negara Islam ini, seharusnya menyadarkan seorang K.H Abdurrahman Wahid (editor?) dan Buya Syafii Maarif yang memberikan kata pengantar pada sebuah buku yang tidak bertanggungjawab. Bahwa, secara sadar atau tidak, mereka telah merendahkan martabatnya sendiri karena, ”mengedit dan memberi pengantar buku yang kemudian digugat keabsahannya oleh penelitinya sendiri.” Apakah kualitas para peneliti mengenai Islam di Indonesia begitu tidak berharganya, sehingga mudah diperalat untuk kepentingan orang asing dan anti Islam?

---------------------------------------------------------------------------

Artikel ini kerjasama Antara Arrahmah.com Dan Risalah Mujahidin Edisi 29

Saturday, June 27, 2009

Piagam Jakarta dan Sikap Kristen

Sudah bukan zamannya lagi menuduh kaum Muslimin “anti-Pancasila”.  Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-264

Oleh: Dr. Adian Husaini

Tanggal 22 Juni biasanya dikenang oleh umat Muslim Indonesia sebagai hari kelahiran Piagam Jakarta. Tetapi, tampaknya, kaum Kristen di Indonesia masih tetap menjadikan Piagam Jakarta sebagai momok yang menakutkan. Padahal, Piagam Jakarta bukanlah barang haram di negara ini. Bahkan, dalam Dekritnya pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno dengan tegas mencantumkan, bahwa  “Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.”

Tapi, entah kenapa, kaum Kristen di Indonesia begitu alergi dan ketakutan dengan Piagam Jakarta. Sebagai contoh, Tabloid Kristen REFORMATA edisi 103/Tahun VI/16-31 Maret  2009 menurunkan laporan utama berjudul “RUU Halal dan Zakat: Piagam Jakarta Resmi Diberlakukan?” Dalam pengantar redaksinya, tabloid Kristen yang terbit di Jakarta ini menulis bahwa dia mengemban tugas mulia untuk mengamankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pluralis, sebagaimana diperjuangkan oleh para pahlawan bangsa.

“Hal ini perlu terus kita ingatkan sebab akhir-akhir ini kelihatannya makin gencar saja upaya orang-orang yang ingin merongrong negara kita yang berfalsafah Pancasila, demi memaksakan diberlakukannya syariat agama tertentu dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana kita saksikan, sudah banyak produk perundang-undangan maupun peraturan daerah (perda) yang diberlakukan di berbagai tempat, sekalipun banyak rakyat yang menentangnya. Para pihak yang memaksakan kehendaknya ini, dengan dalih membawa aspirasi kelompok mayoritas, saat ini telah berpesta pora di atas kesedihan kelompok masyarakat lain, karena ambisi mereka, satu demi satu berhasil dipaksakan. Entah apa jadinya negara ini nanti, hanya Tuhan yang tahu,” demikian kutipan sikap Redaksi Tabloid Kristen tersebut.

Cornelius D. Ronowidjojo, Ketua Umum DPP PIKI (Persekutuan Inteligensia Kristen Indonesia), seperti dikutip tabloid Reformata menyatakan, bahwa Piagam Jakarta sekarang sudah dilaksanakan dalam realitas ke-Indonesian melalui Perda dan UU. “Sekarang tujuh kata yang telah dihapus itu, bukan hanya tertulis, tapi sungguh nyata sekarang,” tegasnya. Yang menggemaskan, demikian Cornelius, yang melakukan hal itu, bukan lagi para pejuang ekstrim kanan, tapi oknum-oknum di pemerintahan dan DPR. “Ini kecelakaan sejarah. Harusnya penyelenggara negara itu bertobat, dalam arti kembali ke Pancasila secara murni dan konsekuen,” kata Cornelius lagi. Bahkan, tegasnya, “Saya mengatakan bahwa mereka sekarang sedang berpesta di tengah puing-puing keruntuhan NKRI.”

Bagi umat Islam Indonesia, sikap antipati kaum Kristen terhadap syariat Islam tentulah bukan hal baru. Mereka –sebagaimana sebagian kaum sekular– berpendapat, bahwa penerapan syariat Islam di Indonesia bertentangan dengan Pancasila. Pada era 1970-1980-an, logika semacam ini sering kita jumpai. Para siswi yang berjilbab di sekolahnya, dikatakan anti Pancasila. Pegawai negeri yang tidak mau menghadiri perayaan Natal Bersama, juga bisa dicap anti Pancasila. Pejabat yang enggan menjawab tes mental, bahwa ia tidak setuju untuk menikahkan anaknya dengan orang yang berbeda, juga bisa dicap anti-Pancasila. Kini, di era reformasi, sebagian kalangan juga kembali menggunakan senjata Pancasila untuk membungkam aspirasi keagamaan kaum Muslim.

Rumusan Pancasila yang sekarang adalah: 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. Persatuan Indonesia, 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Rumusan Pancasila tersebut adalah yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan hasil dekrit Presiden 5 Juli 1959, yang dengan tegas menyatakan: “Bahwa kami berkeyakinan  bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.”

Jadi, Dekrit Presiden Soekarno itulah yang menempatkan Piagam Jakarta sebagai bagian yang sah dan tak terpisahkan dari Konstitusi Negara NKRI, UUD 1945. Dekrit itulah yang kembali memberlakukan Pancasila yang sekarang. Prof. Kasman Singodimedjo, yang terlibat dalam lobi-lobi tanggal 18 Agustus 1945 di PPKI, menyatakan, bahwa Dekrit 5 Juli 1959 bersifat “einmalig”, artinya berlaku untuk selama-lamanya (tidak dapat dicabut). “Maka, Piagam Jakarta sejak tanggal 5 Juli 1959 menjadi sehidup semati dengan Undang-undang Dasar 1945 itu, bahkan merupakan jiwa yang menjiwai Undang-undang Dasar 1945 tersebut,” tulis Kasman dalam bukunya, Hidup Itu Berjuang, Kasman Singodimedjo 75 Tahun (Jakarta: Bulan Bintang, 1982).

Karena itu, adalah sangat aneh jika masih saja ada pihak-pihak tertentu di Indonesia yang alergi dengan Piagam Jakarta. Dr. Roeslan Abdulgani, tokoh utama PNI, selaku Wakil Ketua DPA dan Ketua Pembina Jiwa Revolusi, menulis: “Tegas-tegas di dalam Dekrit ini ditempatkan secara wajar dan secara histories-jujur posisi dan fungsi Jakarta Charter tersebut dalam hubungannya dengan UUD Proklamasi dan Revolusi kita yakni: Jakarta Charter sebagai menjiwai UUD ’45 dan Jakarta Charter sebagai merupakan rangkaian  kesatuan dengan UUD ’45.” (Dikutip dari Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945: Sebuah Konsensus Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949), (Jakarta: GIP, 1997), hal. 130).

Dalam pidatonya pada hari peringatan Piagam Jakarta tanggal 29 Juni 1968 di Gedung Pola Jakarta, KHM Dahlan, tokoh NU, yang juga Menteri Agama ketika itu mengatakan: “Bahwa di atas segala-galanya, memang syariat Islam di Indonesia telah berabad-abad dilaksanakan secra konsekuen oleh rakyat Indonesia, sehingga ia bukan hanya sumber hukum, malahan ia telah menjadi kenyataan, di dalam kehidupan rakyat Indonesia sehari-hari yang telah menjadi adat yang mendarah daging. Hanya pemerintah kolonial Belandalah yang tidak mau menformilkan segala hukum yang berlaku di kalangan rakyat kita itu, walaupun ia telah menjadi ikatan-ikatan hukum dalam kehidupan mereka sehari-hari.” (Ibid, hal. 135).

Meskipun Piagam Jakarta adalah bagian yang sah dan tidak terpisahkan dari UUD 1945, tetapi dalam sejarah perjalanan bangsa, senantiasa ada usaha keras untuk menutup-nutupi hal ini. Di zaman Orde Lama, sebelum G-30S/PKI, kalangan komunis sangat aktif dalam upaya memanipulasi kedudukan Piagam Jakarta. Ajip Rosidi, sastrawan terkenal menulis dalam buku, Beberapa Masalah Umat Islam Indonesia (1970): “Pada zaman pra-Gestapu, PKI beserta antek-anteknyalah yang paling takut kalau mendengar perkataan Piagam Jakarta… Tetapi agaknya ketakutan akan Piagam Jakarta, terutama ke-7 patah kata itu bukan hanya monopoli PKI dan antek-anteknya saja. Sekarang pun setelah  PKI beserta antek-anteknya dinyatakan bubar, masih ada kita dengar tanggapan yang aneh terhadapnya.” (Ibid, hal. 138).

Jadi, sikap alergi terhadap Piagam Jakarta jelas-jelas bertentangan dengan Konstitusi Negara RI, UUD 1945. Meskipun secara verbal “tujuh kata” (dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya) telah terhapus dari naskah Pembukaan UUD 1945, tetapi kedudukan Piagam Jakarta sangatlah jelas, sebagaimana ditegaskan dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Setelah itu, Piagam Jakarta juga merupakan sumber hukum yang hidup. Sejumlah peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan setelah tahun 1959 merujuk atau menjadikan Piagam Jakarta sebagai konsideran.

Sebagai contoh, penjelasan atas Penpres 1/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, dibuka dengan ungkapan: “Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang menetapkan Undang-undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia ia telah menyatakan bahwa Piagam Jakarta tertanggal 22 Juni 1945 menjiwai dan merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi tersebut.”

Dalam Peraturan Presiden No 11 tahun 1960 tentang Pembentukan Institut Agama Islam Negeri (IAIN), juga dicantumkan pertimbangan pertama: “bahwa sesuai dengan Piagam Djakarta tertanggal 22 Djuni 1945, yang mendjiwai Undang-undang Dasar 1945 dan merupakan rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut…”.

Sebuah buku yang cukup komprehensif tentang Piagam Jakarta ditulis oleh sejarawan Ridwan Saidi, berjudul Status Piagam Jakarta: Tinjauan Hukum dan Sejarah (Jakarta: Mahmilub, 2007). Ridwan menulis, bahwa hukum Islam adalah hukum yang hidup di tengah masyarakat Muslim. Tanpa UUD atau tanpa negara pun, umat Islam akan menjalankan syariat Islam. Karena itu, Piagam Jakarta, sebenarnya mengakui hak orang Islam untuk menjalankan syariatnya. Dan itu telah diatur dalam Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang dituangkan dalam Keppres No. 150/tahun 1959 sebagaimana ditempatkan dalam Lembaran Negara No. 75/tahun 1959.

Hukum Islam telah diterapkan di bumi Indonesia ini selama ratusan tahun, jauh sebelum kauh penjajah Kristen datang ke negeri ini. Selama beratus-ratus tahun pula, penjajah Kristen Belanda berusaha menggusur hukum Islam dari bumi Indonesia. C. van Vollenhoven dan Christian Snouck Hurgronje, misalnya, tercatat sebagai sarjana Belanda yang sangat gigih dalam menggusur hukum Islam.  Tapi, usaha mereka tidak berhasil sepenuhnya. Hukum Islam akhirnya tetap diakui sebagai bagian dari sistem hukum di wilayah Hindia Belanda. Melalui RegeeringsReglement, disingkat RR, biasa diterjemahkan sebagai Atoeran Pemerintahan Hindia Belanda (APH), pasal 173 ditentukan bahwa: “Tiap-tiap orang boleh mengakui hukum dan aturan agamanya dengan semerdeka-merdekanya, asal pergaulan umum (maatschappij) dan anggotanya diperlindungi dari pelanggaran undang-undang umum tentang hukum hukuman (strafstrecht).” (Ridwan Saidi, Status Piagam Jakarta hal. 96).

Jadi, meskipun sudah berusaha sekuat tenaga,  Belanda akhirnya tidak berhasil sepenuhnya menggusur syariat Islam dari bumi Indonesia. Ridwan menulis: “Sampai dengan berakhirnya masa VOC tahun 1799, VOC terus berkutat untuk melakukan unifikasi hukum dengan sedapat mungkin menyingkirkan hukum Islam, tetapi sampai munculnya Pemerintah Hindia Belanda usaha itu sia-sia belaka.”  (Ibid, hal. 94).

Kegagalan penjajah Kristen Belanda untuk menggusur syariat Islam, harusnya menjadi pelajaran berharga bagi kaum Kristen di Indonesia. Mereka harusnya menyadari bahwa kedudukan syariat Islam bagi kaum Muslim sangat berbeda dengan kedudukan hukum Taurat bagi Kristen. Dengan mengikuti ajaran Paulus, kaum Kristen memang kemudian berlepas diri dari hukum Taurat dengan berbagai pertimbangan.

Dalam bukunya yang berjudul Syariat Taurat atau Kemerdekaan Injil? (Mitra Pustaka, 2008), Pendeta Herlianto menguraikan bagaimana kedudukan hukum Taurat bagi kaum Kristen saat ini. Dalam konsep Kristen, menurut Herlianto, keselamatan dan kebenaran bukanlah tergantung dari melakukan perbuatan hukum-hukum Taurat, melainkan karena Iman dan Kasih Karunia dengan menjalankan hukum Kasih.  Jadi, hukum Kasih itulah yang kemudian dipegang kaum Kristen. Hukum sunat (khitan), misalnya, meskipun jelas-jelas disyariatkan dalam Taurat, tetapi tidak lagi diwajibkan bagi kaum Kristen. ‘Sunat’ yang dimaksud, bukan lagi syariat sunat sebagaimana dipahami umat-umat para Nabi sebelumnya, tetapi ditafsirkan sebagai “sunat rohani”. (Rm. 2:29). (Herlianto, Syariat Taurat atau Kemerdekaan Injil? Hal. 16-17).

Babi, misalnya, juga secara tegas diharamkan dalam Kitab Imamat, 11:7-8. Tetapi, teks Bibel versi Indonesia tentang babi itu sendiri memang sangat beragam, meskipun diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Dalam Alkitab versi LAI, tahun 1968 ditulis: “dan lagi babi, karena sungguh pun kukunya terbelah dua, ia itu  bersiratan kukunya, tetapi dia tiada memamah biak, maka haramlah ia kepadamu. Djanganlah kamu makan daripada dagingnya dan djangan pula kamu mendjamah bangkainya, maka haramlah ia kepadamu.”  (Dalam Alkitab versi LAI tahun 2007, kata babi berubah menjadi babi hutan: “Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak, haram itu bagimu. Daging binatang-binatang itu janganlah kamu makan dan bangkainya janganlah kamu sentuh; haram semuanya itu bagimu.”). Pada tahun yang sama, 2007, LAI juga menerbitkan Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini, yang menulis ayat tersebut: “Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tak boleh dimakan dan bangkainya pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram.”

Jika dibaca secara literal, maka jelaslah, harusnya babi memang diharamkan. Tetapi, kaum Kristen mempunyai cara tersendiri dalam memahami kitabnya. Menurut Herlianto, Rasul Paulus telah memberikan pengertian hukum Taurat dengan jelas: “Tetapi sekarang kita telah dibebaskan dari hukum Taurat, sebab kita telah mati bagi dia, yang mengurung kita, sehingga kita sekarang melayani dalam keadaan baru dan bukan dalam keadaan lama menurut hukum-hukum Taurat.” (Rm. 7:6). (Herlianto, Syariat Taurat atau Kemerdekaan Injil?  Hal. 20).

Pandangan kaum Kristen terhadap hukum Taurat tentu saja sangat berbeda dengan pandangan dan sikap umat Islam  terhadap syariat Islam. Sampai kiamat, umat Islam tetap menyatakan, bahwa babi adalah haram. Teks al-Quran yang mengharamkan babi juga tidak pernah berubah sepanjang zaman, sampai kiamat. Hingga kini, tidak ada satu pun umat Islam yang menolak syariat khitan, dan menggantikannya dengan “khitan ruhani”. Sebab, umat Islam bukan hanya menerima ajaran, tetapi juga mempunyai contoh dalam pelaksanaan syariat, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena sifatnya yang final dan universal, maka syariat Islam berlaku sepanjang zaman dan untuk semua umat manusia. Apa pun latar belakang budayanya, umat Islam pasti mengharamkan babi dan mewajibkan shalat lima waktu. Apalagi, dalam pandangan Islam, syariat Islam itu mencakup seluruh aspek kehidupan manusia; mulai tata cara mandi sampai mengatur perekonomian.

Pandangan dan sikap umat Islam terhadap syariat Islam semacam ini harusnya dipahami dan dihormati oleh kaum Kristen. Sangat disayangkan, tampaknya, kaum Kristen di Indonesia masih saja melihat syariat Islam dalam perspektif yang sama dengan penjajah Kristen Belanda, dahulu. Padahal. sudah bukan zamannya lagi menuduh kaum Muslimin yang melaksanakan ajaran Islam sebagai “anti-Pancasila”, “anti-NKRI”, dan sebagainya. [Depok, 16 Juni 2009/www.hidayatullah.com]

Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini adalah hasil kerjasama antara Radio Dakta dan www.hidayatullah.com

Monday, June 22, 2009

Kritik Buku "Menggugat Al Qaidah : Merasionalisasi Jihad Dunia Dari Penjara Mesir"

Di bulan April 2009, sebuah buku diterbitkan oleh Sabili Publishing, berjudul Menggugat Al Qaidah: Rasionalisasi Jihad di Mesir dan Dunia. Di sampul depan tercantum nama penulisnya, Dr Fadl, Pendiri Al Qaidah dan Mantan Penasihat Ayman al-Zawahiri. Tidak ketinggalan sebuah label bertuliskan “Buku Paling Kontroversial Di Timur Tengah” terpampang di sampul depan, melengkapi buku berilustrasi gagang pedang warna keemasan dengan latar belakang warna hitam.


Cover Buku Menggugat Al Qaidah Terbitan Sabili yg Beredar Di Pasaran

Buku Menggugat Al Qaidah setebal 239 halaman yang diterbitkan oleh Sabili Publishing ini adalah hasil terjemahan dari naskah berbahasa Inggris berjudul “Rationalization of Jihad in Egypt and the World” yang ditulis Dr Fadl di dalam penjara pemerintah Mesir.

Dalam Pengantar Penerbit dikatakan: “Meski saat ini hidup dalam penjara pemerintah Mesir, Sayyid Iman tetap memikirkan kelangsungan jihad demi tegaknya agama Allah, al Islam. Untuk itu ia menuangkan pemikirannya dalam bentuk buku yang ditulisnya di penjara.” (Halaman XIII)  

Menulis buku jihad di dalam sebuah penjara bukanlah sebuah masalah. Namun, jikalau isi buku tersebut menyudutkan dan menyalahkan jihad serta mujahidin, itu adalah sebuah masalah besar. Inilah yang terjadi pada buku karya Sayyid Imam, atau Dr Fadl, atau yang juga lebih dikenal dengan nama pena Syaikh Abdul Qodir bin Abdul Aziz di dalam buku yang aslinya berbahasa Arab dengan judul : “Wathiqotu Tarsyidil ‘Amalil Jihadi Fie Mishr  wal 'Alam”. Lalu, apa yang salah dengan buku tersebut ?

Buku Jihad Pesanan Dari Penjara Mesir

Di dalam Pengantar Penerbit buku Menggugat Al Qaidah tersebut disebutkan perlunya kaum muslimin untuk mengikatkan diri pada fiqhul jihad yang benar karena adanya pelanggaran syariah dalam berjihad. Berikut kutipan lengkapnya :

“Lantas, apa yang bisa kita perbuat? Kaum Muslimin yang mengetahui terjadinya pelanggaran syariah dalam berjihad, sebaiknya berupaya mengikatkan diri bersama umat Islam lainnya pada fiqhul jihad yang benar. Di sisi lain, diperlukan komitmen tegas  menjalankan jihad sesuai tuntunan syariah. Selanjutnya, pada generasi muda Muslim, agar banyak belajar meningkatkan pemahaman keislamannya agar tidak melakukan pelanggaran syariah seperti yang dilakukan sebagian pendahulu kita. (Halaman XI – XII)


Jihad global yang telah dilakukan mujahidin, khususnya oleh jamaah jihad Al Qaidah, menurut penulis buku ini telah melanggar prinsip Islam tentang perang, diantaranya :

Pertama, membunuh atas dasar perbedaan kebangsaan (ras atau suku). Ini tidak dibenarkan, karena Islam tidak membedakan kebangsaan, ras, atau suku. Justru Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal. Kedua, membunuh warga sipil Muslim atau non-Muslim yang tidak terlibat perang. Ketiga, membunuh wanita, anak-anak dan orang-orang jompo. Kedua kelompok warga ini seharusnya dilindungi. Keempat, menggunakan warga sipil sebagai tameng hidup untuk menghadapi musuh atau membunuh warga sipil yang dijadikan tameng hidup oleh musuh. Kelima, membebaskan musuh yang meminta jaminan keselamatan dengan memberikan imbalan atau harta. Keenam, merampas harta benda musuh yang bukan haknya. (Halaman X)

Benarkah semua tuduhan di dalam buku ini telah dilakukan oleh Al Qaidah? Jika tidak benar, mengapa Sayyid Imam, atau Syaikh Abdul Qodir bin Abdul Aziz, yang dikenal sebagai ulama mujahid yang banyak memberikan inspirasi jihad melalui buku-bukunya sampai hati menulis buku yang menyalahkan dan menyudutkan jihad di Mesir dan dunia tersebut? Apa yang melatarbelakangi penulisan buku ini?


Dr Fadl

Sebelum kita membahas lebih jauh buku Menggugat Al Qaidah karya Dr Fadl ini, perlu diketahui kronologis berikut sejarah kehidupan Dr Fadl sedari awal hingga akhirnya beliau menulis buku yang menyulut kontroversi di kalangan mujahidin ini.


Dalam buku Balada Jamaah Jihad (Jazera, Solo, 2005), karya Dr. Hani As-Siba'i, aktivis Jamaah Jihad Mesir, dituliskan biografi singkat Dr Fadl atau Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz sebagai berikut.

Nama lengkap Dr Fadl adalah Sayyid Imam bin Abdul Aziz Imam Asy Syarif. Beliau lebih populer dengan nama Syaikh Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz. Beliau lahir pada Agustus 1950 di kota Bani Suwaif, Mesir Selatan. Beliau Menuntut ilmu dan menghafal Al Qur`an sejak kecil serta mulai menulis buku sejak awal usia mudanya.

Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kairo tahun 1974 M dengan meraih predikat Mumtaz (cum laude). Setelah lulus ia sempat bekerja sebagai Wakil Kepala Bagian Operasi pada Jurusan Spesialis Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Kairo.

Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz mulai menjadi buron pemerintahan Mesir pasca terbunuhnya Anwar Sadat pada tahun 1981 M, namun ia berhasil meloloskan diri keluar dari Mesir. Kemudian Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz bekerja sebagai direktur sebuah rumah sakit milik Bulan Sabit Merah Kuwait di Kota Peshawar, Pakistan. Dengan dibantu oleh Dr Ayman Azh Zhowahiri.

Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz menikah dengan seorang wanita Palestina dan dikarunia empat orang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Di Pakistan itulah Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz sempat meraih gelar doktor dibidang bedah disalah satu universitas di sana.

Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz kemudian meninggalkan Pakistan dalam rangka menghindari kejaran pihak intelijen. Pada saat bersamaan terjadi penangkapan terhadap orang-orang Arab di daerah Peshawar pada tahun 1993 M. Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz kemudian menuju Sudan.

Beliau sempat tinggal di Yaman pada saat akhir perang saudara antara Yaman Utara dengan Yaman Selatan dan kemudian bekerja di Rumah Sakit Ats Tsaurah Al `Aamm di Kota Ib sebelah selatan Ibukota Shan`a, sebagai sukarelawan. Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz sempat menikahi seorang wanita dari daerah tesebut, dan kemudian dikaruniai satu orang anak perempuan. Selanjutnya Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz bekerja di sebuah Rumah Sakit Spesialis Daar Asy Syifaa.

Pada bulan April 1999 M, Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz divonis penjara seumur hidup dalam kasus “orang-orang yang kembali dari Albania”, padahal beliau sama sekali tidak pernah pergi ke sana. Setelah peristiwa 11 September 2001 M, pada tanggal 28 Oktober 2001 M, beliau ditangkap oleh pemerintahan thoghut Yaman. Selanjutnya beliau dipenjara di rumah tahanan politik yang berada di Shan`a selama 2 tahun 5 bulan.

Terakhir Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz di ekstradisi ke Mesir yaitu pada tanggal 28 Februari 2004 M, oleh pemerintah Mesir. Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz dan sejumlah kawan seperjuangannya dipenjara dan ada pula yang divonis hukuman mati.


Jamaah Islamiyah Mesir yg Di Penjara


Dr Fadl atau Dr Abdul Qodir bin Abdul Aziz memiliki sejumlah karya tulis yang monumental dan menginspirasi kaum Muslimin seluruh dunia, khususnya mujahidin. Buku pertama yang beliau keluarkan adalah Al `Umdah fie I`daadil `Uddah (Bekal dalam Mempersiapkan Kemampuan).

Buku ini disebarluaskan pada tahun 1988 di saat jihad tengah berkecamuk antara mujahidin dengan pasukan kafir Uni Soviet di Afghanistan. Buku ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Al ‘Umdah fi I’dadil ‘Uddah: Kupas Tuntas Seputar I’dad & Jihad, diterbitkan oleh Darul Ilmi, Solo.

Lima tahun kemudian, Sayyid Imam menghasilkan sebuah kitab lagi yang juga terkenal di kalangan mujahidin, yakni “Al Jaamie’ Fie Thalabil Ilmisy Syaarif”. Kitab setebal 1.100 halaman ini dianggap sebagai buku yang lengkap, terdiri dari teori, doktrin, dan dasar hukum untuk gerakan jihad, tidak hanya di Mesir, tetapi juga di mana-mana. Buku ini juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul yang sama dan diterbitkan oleh penerbit Al Alaq, Solo.

Pasca serangan 11 September 2001 dan ditangkapnya Dr Fadl oleh otoritas Yaman, 28 Oktober 2001, Dr Fadl mulai mengalami ‘perubahan’. Beliau mulai memiliki pandangan-pandangan berbeda tentang jihad. Perubahan besar semakin terjadi ketika beliau diektradisi ke penjara Mesir oleh pemerintahan Yaman, dan dikenai hukuman seumur hidup. Beliau mulai menghuni penjara Mesir sejak tahun 2004. 

Setelah kurang lebih 3 tahun mendekam di penjara Mesir inilah, Dr Fadl akhirnya mengeluarkan buku kontroversial, Menggugat Al Qaidah. Buku ini mulai ditulis sejak Kamis, 18 Safar 1428 H (8 Maret 2007) dan mulai dipublikasikan secara bertahap oleh Harian Al-Misri al-Yawm di Kairo Mesir, mulai 18 November-3 Desember 2007.

Kemudahan penulisan buku tersebut sekaligus publikasi besar-besaran di dua harian terkemuka di Arab, yakni Al Jarida, di Kuwait, dan Al Misri al-Yawm, di Kairo Mesir,   mengundang dugaan kuat adanya restu atau perintah bahkan pesanan khusus dari pemerintah Mesir. Apalagi dalam buku tersebut terselip pokok bahasan khusus ‘Larangan Memberontak Bagi Mujahidin”, yakni sebuah pembahasan yang intinya menjelaskan prinsip-prinsip agama yang melarang pemberontakan terhadap aturan yang ditetapkan pemerintah di negara-negara Muslim (Menggugat Al Qaidah, Halaman 89).

Sayangnya, buku jihad pesanan dari penjara Mesir yang ditulis oleh Dr Fadl ini oleh penerbit Sabili Publishing dianggap sebagai “Panduan Jihad” yang dapat meluruskan dan merumuskan pemahaman tentang jihad secara benar sesuai Al Qur’an dan As Sunnah. Penerbit buku ini sepertinya langsung setuju begitu saja dan membenarkan seluruh hal yang terdapat dalam buku yang kontroversial ini.

Apakah pihak penerbit, yakni Sabili Publishing telah yakin dan melakukan pembuktian ilmiah (sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah, berdasarkan pemahaman Salafush Sholih) terhadap isi buku tersebut sehingga layak menjadi bacaan kaum Muslimin. Apakah pihak penerbit telah melakukan tabayyun kepada pihak yang digugat dan dipersalahkan dalam buku ini, yakni Al Qaidah, bahwa semua yang dituduhkan dan disalahkan oleh penulis adalah benar. Pihak penerbit seharusnya meneliti dan mencari tahu jawaban pihak Al Qaidah terhadap gugatan yang dilakukan Dr Fadl dari penjara pemerintah Mesir. 

Hal ini perlu dilakukan oleh penerbit jika sungguh-sungguh ingin menjadikan buku ini sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi kaum Muslimin, dan bukan sekedar menjadi pengikut dari arus media global yang dihegemoni Barat yang memang dengan sengaja mempropagandakan buku ini untuk melemahkan jihad dan perjuangan kaum Muslimin.  Apalagi selama ini Sabili dikenal sebagai salah satu media Islam yang komitmen menyuarakan dan memperjuangkan jihad kaum Muslimin di seluruh dunia.


Syekh Ayman Membantah Dalam At Tabriah


Buku At Tabriah, jawaban Atas Tuduhan Dr Fadl Di Buku At Tarsyid

Jawaban resmi Al Qaidah atas gugatan dan tuduhan yang dialamatkan kepadanya keluar dalam jarak waktu hanya dua bulan saja. Syaikh Ayman Azh Zhowahiri, orang kedua Al Qaidah membuat kitab At Tabriah yang khusus dipersiapkan untuk menjawab buku yang ditulis oleh Dr Fadl.


Dr Aiman Al Zawahiri (Hafizohullah)

Kitab resmi keluaran Al Qaidah yang ditulis oleh Syaikh Ayman berjudul asli At Tabriah Risalatun Fie Tabriati Ummatil Qalami was Saifi min Munaqqashati Tuhmatil Khawari Wadh Dhu’fi. Secara ringkas kata At Tabriah berarti: Pelepasan. Maksudnya, kitab ini memang dipersiapkan dalam rangka melepaskan ummat yang berilmu dan berperang, (para mujahidin maksudnya) dari tuduhan lemah dan tidak berdaya.

Kitab At Tabriah ini memang dibuat khusus untuk menyanggah buku karya Dr Fadl, yang berjudul asli : “Watsiqatu Tarsyidil Amalil Jihadi Fie Mishr wal ‘Alam”, atau kemudian menjadi “Rationalization of Jihad in Egypt and the World” dalam versi bahasa Inggris. Dari edisi bahasa Inggris inilah, Sabili Publishing menerjemahkan untuk kemudian menerbitkannya kembali dengan judul “Menggugat Al Qaidah: Rasionalisasi Jihad di Mesir dan Dunia”.


Syaikh Mukhlas Ali Ghufran (Rahimahullah)

Abu Khubaib At Tenjuluny atau Syaikh Mukhlas rohimahullah, dalam risalah “Maktabah Kita” memberikan komentarnya setelah membaca tuntas kitab karya Syaikh Ayman, At Tabriah. Menurut beliau, inti kandungan kitab karya Dr Fadl yang ditulisnya dalam penjara Mesir itu adalah :

  1. Memperbaharui dan memperhebat kritikannya terhadap operasi-operasi jihad yang pernah ditulis dalam kitab Al Jamie, dan kali ini sasaran utamanya adalah Al Qaidah sebagai tandzim atau jama’ah jihad, sedang secara induvidu adalah Asy Syaikh Ayman dan Asy Syaikh Usamah bin Ladin. (At Tabriah, Muqaddimah halaman 3)
  2. Berusaha menghentikan operasi-operasi jihad dengan alasan kaum Muslimin (mujahidin) lemah dan tidak berdaya dan dengan alasan tidak terpenuhinya penopang-penopang jihad.
  3. Menunjukkan kepada ummat keraguannya terhadap pendapat-pendapatnya dan fatwa-fatwanya yang ditulis selama ini di dalam kitab-kitabnya, dan sepertinya memberi isyarat agar tidak diikuti, khususnya dalam masalah yang berhubungan dengan jihad dan operasi jihad yang tidak sejalan dengan “Watsiqah Tarsyid”. (Menggugat Al Qaidah)

Syekh Ayman Azh Zhowahiri pada catatan (al mulahadzoh) pertama mengomentari kitab Watsiqoh Tarsyid sebagai berikut :

Risalah ini judul namanya bertentangan dengan tema yang dibicarakan. Judul namanya “Petunjuk Amal Jihadi (Operasi Jihad). Judul ini mengundang pertanyaan amal jihad bersama siapa? Dan melawan siapa ? Bila kita ikuti pembahasannya dalam risalah Al Watsiqah, kita dapat mengetahui bahwa yang dimaksud amal jihadi tersebut adalah amal jihadi yang terjadi di Mesir dan di luar Mesir, melawan para penguasa yang keluar dari syari’at Islam, melawan Amerika dan Yahudi. Sedangkan sebagaimana yang dia katakan kita adalah orang-orang yang lumpuh, timpang, cacat, lemah, miskin, dan tertindas, dan seterusnya…Maka amal jihad apa yang mau dia tunjukkan? Jadi judul yang paling tepat dan sesuai untuk kitab macam itu adalah “Ilqha au Ta’jiz au Iqaf al Amal al Jihad.” (Penghapusan atau pelumpuhan atau penghentian amal jihadi). Kitab tersebut diberi nama yang bertentangan dengan ma'udhunya agar supaya meringankan dari pengaruh judul terhadap pendengar. Kalau tidak demikian, maka sebenarnya kitab tersebut ditulis dengan spirit Kementrian Dalam Negeri (Mesir) dengan tujuan yang sangat jelas yakni menjaga stabilitas dan keamanan negara. (At Tabriah, halaman 12)


Kritik Syaikh Ayman kepada Dr Fadl alias Syaikh Abdul Qadir Abdul Aziz bukan pertama kali dilakukan. Syaikh Ayman juga pernah mengkritisi buku karya Syaikh Abdul Qadir Abdul Aziz, yakni kitab “Al-Jami’ Fie Thalabil Ilmiys Syarif” yang sering dianggap sebagai buku panduan untuk Al Qaidah.


Mujahidin Al Qaidah Mengawal syaikh Usmah Bin Laden

Buku Menggugat Al Qaidah karya Dr Fadl ini tidak salah lagi merupakan busur panah yang diarahkan kepada Syaikh Ayman dan Syaikh Usamah sebagai pribadi, dan Al Qaidah sebagai jamaah jihad. Banyak sekali tuduhan-tuduhan dalam buku ini yang dialamatkan kepada beliau, Syakh Ayman Azh Zhowahiri.

Syaikh Ayman akhirnya menjawab dan meluruskan semua tuduhan Dr Fadl tersebut dalam sebuah risalah atau kitab ilmiah yang kuat dasarnya, dengan kitab rujukan tidak kurang dari 130 kitab, yang dipersiapkan beliau untuk membatalkan setiap syubhat atau rekaan-rekaan yang dibuat oleh para penulis “Al-Watsiqah” (Menggugat Al Qaidah). (Abu Khubaib An Najdi, At Tabriah Lisy Syaikh Abu Muhammad Aiman Azh Zhowahiri)

Syaikh Ayman berkata mengomentari penulisan kitab At Tabriah yang dirasa sangat sulit penulisannya karena khusus untuk menanggapi kitab Al Watsiqah. Beliau menyangka bahwa ini adalah tulisan yang paling sulit dalam hidupnya selama ini. Semula beliau menyangka bahwa nasehat dan peringatan yang disampaikan kepada HAMAS adalah yang paling sulit, tetapi setelah terbitnya kitab Al Watsiqah At Tarsyid, teryata untuk menulis bantahan atau sanggahan kitab tersebut beliau rasakan jauh lebih sulit.

Syaikh Ayman dalam menulis kitab At Tabriah sebelumnya telah bermusyawaroh dan beristikhoroh agar sikapnya dalam menyanggah tidak tergesa-gesa karena yang demikian itu bisa menjauhkan dari kebenaran dan keadilan. Ini menunjukkan bahwa perkataan yang dilontarkan oleh Syaikh ditujukan kepada makna dan pemikiran bukan kepada orang-orangnya.

Beliau tidak bermaksud untuk menyakiti seorang pun bahkan pada akhir kitab beliau tersebut, Syaikh meminta maaf sekali lagi, kalau seandainya apa yang telah beliau tulis menyakiti seseorang dan memaafkan bagi orang-orang yang menyakiti beliau, menyerangnya, mendzoliminya, dan memakinya.

Syaikh Ayman juga menekankan bahwa beliau masih memberikan posisi yang selayaknya dan penghormatan serta kemuliaan kepada penulis Al Watsiqah dan orang-orang yang menyepakatinya, akan tetapi kebenaran lebih beliau cintai daripada mereka.

Kesalahan Fatal Buku Dr Fadl

Dalam kitab At Tabriah, Syaikh Aiman memberikan sanggahan-sanggahan terhadap poin-poin penting dan tidak menanggapi atas caci maki yang diarahkan kepada beliau. Beliau juga mempertanyakan mengapa begitu hebat konsentrasi media massa untuk memerangi Al Qaidah dan usaha untuk menumpasnya yang telah disepakati oleh thoghut-thoghut baik Arab maupun Ajam? Dan apakah Husni Mubarak termasuk pemimpin yang adil dan berbuat baik ? Ataukah dia termasuk pemimpin yang dzolim dan menyimpang ?

Dalam buku tersebut, Syaikh Aiman juga menyatakan bahwa Al Qaidah sangat menginginkan untuk menjauhi dari tertumpahnya darah-darah kaum Muslimin, dan sesungguhnya mereka tidak berjihad kecuali demi menyelamatkan mereka (kaum muslimin). Garis kebijaksanaan operasi jihad yang ditempuh Al Qaidah dalam menghadapi serangan kaum salibis terhadap negeri-negeri Islam adalah sebagai berikut :

    a.   Memukul target-target milik salibis dan zionis.
    b.   Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengubah sistem tatanan yang rusak ini dan menegakkan sistem dan tatanan Islam.

Syaikh Aiman juga menerangkan kesalahan-kesalahan metodologi secara umum kitab Al Watsiqoh (Menggugat Al Qaidah) karya Dr Fadl, misalnya tidak menyinggung sama sekali sebab-sebab kesalahan yang dituduhkan dan tidak mencantumkan apa kesalahannya, tetapi langsung melompat kepada solusinya, dan sikap lari secara sembunyi dari menyebutkan hal-hal tersebut agar supaya di dalam kitab Al Watsiqoh tidak ada sesuatu yang menyusahkan penguasa Mesir yang sedang berkuasa, yakni Husni Mubarak.

Selain itu, solusi atau resep yang ditawarkan dalam kitab Dr Fadl ini tidak realistis dan tidak praktis, serta tidak masuk akal yang mana hanya pada enam pilihan saja, yaitu: Hijrah, uzlah, memaafkan, berpaling, sabar, dan menyembunyikan iman.

Dr Fadl mengatakan:

“Jihad bukanlah satu-satunya alternatif yang dibolehkan agama untuk menghadapi situasi ketika tidak ada lagi komitmen terhadap agama. Menurutnya ada cukup banyak alternatif yang bisa dijalankan, seperti berperang, dakwah, hijrah, uzlah, memaafkan, menghindari, dan bersabar.” (Menggugat Al Qaidah, Halaman 90).

Disamping itu, buku Dr Fadl juga tidak komitmen dengan metodologi ilmiah dan tidak pula amanat dalam menyampaikan ilmu, dimana dia menyembunyikan sebagian ucapan ahlul ilmi demi keinginan pribadi, agar tidak berlawanan dengan sesuatu yang telah diambil keputusannya dan ketetapan yang telah direncanakannya.

Sebagai contoh Dr Fadl dalam buku ini mengatakan bahwasanya dia bukan ‘alim (orang yang berilmu) dan bukan mufti (orang yang memberi fatwa), sedangkan buku yang dia tulis sendiri dengan tangannya ini penuh dengan ketetapan haram dan halal, keterangan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, kalau ini bukan termasuk pekerjaan para ulama dan para mufti, maka apa yang tersisa untuk mereka ???

Kekeliruan fatal yang menjadi pengetahuan umum adalah sering dikatakan bahwa Dr Fadl merupakan figur ulama Al Qaidah terpenting dan dua kitabnya yang masyhur adalah bagian dari dustur Al Qaidah yang tidak boleh menyimpang darinya. Lebih fatal lagi Sabili Publishing dalam buku yang diterbitkannya, Menggugat Al Qaidah, mengatakan bahwa Dr Fadl adalah pendiri Al Qaidah.

Padahal, Syaikh Ayman berlepas diri dari sebagian pemikiran Dr Fadl, terutama dalam sebagian pengkafiran yang dianggap melampaui batas yang terdapat dalam kitab karya beliau, yakni Al Jamie’, ketika mengkafirkan secara ta’yin (personal) terhadap anshor thowagit dari para tentara, polisi, dan lain sebagainya.

Maka, bagaimanakah kitab tersebut bisa dikatakan sebagai dustur bagi Al Qaidah, sedangkan mereka menyanggah sebagian pendapat dalam kitab tersebut ?

Dustur Al Qaidah adalah Al Qur’an dan As Sunnah, adapun kitab-kitab ahlul ilmi dan karangan-karangan mereka maka ada yang diambil dan ada pula yang ditolak. Begitu pula kitab Al Jamie’ karya Dr Fadl, kedudukannya sebagaimana kitab-kitab ulama yang lain.

Syaikh Ayman secara tegas membantah tuduhan Dr Fadl bahwa mujahidin menyerang orang Barat di jantung negara mereka karena nafsu untuk menumpahkan darah. Beliau mengatakan:

“Para mujahidin tatkala mereka menyerang orang-orang Barat di jantung negaranya dengan operasi syahid, mereka tidak menyerangnya karena orang-orang Barat tersebut telah mengingkari perjanjian dan bukan pula karena nafsu untuk menumpahkan darah dan bukan pula karena mereka (mujahidin) setengah gila dan bukan pula karena putus asa dan frustasi sebagaimana telah digambarkan oleh banyak orang…Akan tetapi mereka menyerang orang-orang Barat itu dalam keadaan terpaksa melakukannya demi mempertahankan umat mereka dan kehormatan mereka dari serangan yang amat keji yang terus menerus selama berabad-abad. Karena sesungguhnya Mujahidin tidak memiliki sarana lain dalam mempertahankan diri dari serangan tersebut, selain operasi syahid dan selain menjadikan orang-orang Barat sebagai target di medan perang, dan memukul perekonomiannya serta markas-markas komandonya. Dan Mujahidin dalam melakukan serangan-serangan ini dalam rangka menunaikan Jihad Daf’in (jihad mempertahankan diri), mereka dalam hal ini senantiasa memperhatikan hukum-hukum syara’ dan meminta fatwa dari para ulama yang jujur lagi bebas merdeka. Dan mereka dengan operasi-operasi tersebut hanya mengharapkan ridho Allah semata.”

Syaikh Ayman melanjutkan:

“Kami tidak menyeru manusia kepada jihad yang acak-acakan dan membabi buta, bahkan kami menyeru manusia untuk mengorganisir kekuatan mereka dan mengkonsentrasikan segala fasilitas yang mereka miliki dan mempersiapkan segala penyebab yang dapat terlaksananya jihad, dan mereka janganlah menunda-nunda untuk melaksanakan itu semua meskipun mereka tidak mampu berjihad dengan tangan kapan saja, maka supaya mereka mempersiapkan persiapan mudah-mudahan dengan itu Allah menguatkan mereka dan memberikan kemenangan kepada mereka atau generasi berikutnya yang akan memetik buah perjuangan mereka, karena sesungguhnya usaha untuk menghasilkan kekuatan dan kemampuan untuk berjihad wajib hukumnya dan diperintahkan oleh syara’.”

Kesimpulan

Buku Menggugat Al Qaidah: Rasionalisasi Jihad di Mesir dan Dunia karya Dr Fadl atau Syaikh Abdul Qodir Abdul Aziz ini termasuk buku pesanan penguasa (Mesir dalam hal ini) yang menyeru kepada ummat untuk menyerah dan mengalah dari jihad fie sabilillah. Sementara Mujahidin tetap istiqomah menyeru ummat untuk bangun, bangkit, melawan, berjihad, dan mencari syahadah (mati syahid). Dengan demikian, judul yang cocok untuk buku ini seharusnya adalah “Menggugat Al Qaidah: Merasionalisasi Jihad Dunia Dari Penjara Mesir”.

Kepada penulis buku ini, Dr Fadl, atau Syaikh Abdul Qodir Abdul Aziz, kita tidak mengetahui bagaimana situasi dan kondisi beliau yang sebenarnya ketika dipenjara, sehingga menghasilkan karya yang bertentangan dengan semangat jihad beliau sebelumnya.

Hanya saja sudah maklum bahwa ketika berada dalam penjara, sebagai tawanan beliau dalam keadaan lemah lahir maupun batin yang memungkinkan munculnya pelbagai kondisi termasuk sikap At Tara’ju’ yakni berpaling dari amal jihad, sehingga lahirlah buku yang kontraproduktif untuk jihad itu sendiri. Wallahu a'lam!

Tentu saja, serangan dan gugatan yang dilancarkan oleh Dr Fadl atau Syaikh Abdul Qodir Abdul Aziz, yang notabene tetap dianggap sebagai ulama Mujahidin yang berpengaruh, bahkan dianggap sebagai pendiri Al Qaidah, akan menyenangkan pihak musuh-musuh Islam, khususnya Amerika dan antek-anteknya. Tidak heran kalau buku ini mendapat tempat dan kesempatan untuk disebarluaskan di seluruh penjuru dunia dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Untuk itu kaum Muslimin harus sadar dan mengerti tentang masalah ini dengan sebenar-benarnya dan tidak hanya ikut-ikutan menyebarluaskan pemikiran syubhat tentang jihad dan perjuangan kaum Muslimin.

Alhamdulillah, atas izin Allah, Syaikh Ayman telah berhasil membongkar semua syubhat dalam buku Menggugat Al Qaidah, dan menerangkan persoalannya satu persatu dengan sedetail-detailnya serta menyanggah dan menjawab setiap tuduhan dan gugatan yang ada. Buku semacam inilah, yakni At Tabriah, yang seharusnya diterbitkan dan kemudian dipublikasikan, sehingga kaum Muslimin dan seluruh Mujahidin di seantero dunia senantiasa sabar dan istiqomah di atas kebenaran. Wallahu’alam bish Showab!

By: M. Fachry
Arrahmah.Com International Jihad Analys


Ar Rahmah Media Network
http://www.arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2009 Ar Rahmah Media Network

Wednesday, June 17, 2009

Tragedi Kudeta Tidak Berdarah KAMMI

Dari: syarifudin_demak <syarifudin_demak@ yahoo.com>
Kepada: jurnalisme@yahoogro ups.com
Terkirim: Rabu, 17 Juni, 2009 11:43:53
Topik:Tragedi Kudeta Tidak Berdarah KAMMI

Mungkin publik Indonesia tidak tahu fakta terbaru, KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) telah "diplekoto" PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Plekoto merupakan kosakata Jawa yang artinya kurang lebih ialah dianiaya habis-habisan, diperas kemampuannya habis-habisan, ditelikung dari belakang, ditelanjangi terang-terangan di depan public, dizolimi dengan "kekerasan" paling vulgar.

Independensi KAMMI yang selama ini coba dibangun sejak organisasi mahasiswa itu berdiri sebelas tahun silam, telah ternoda. Parahnya, penghancuran itu tidak dilakukan oleh pihak luar tapi "orangtua" KAMMI sendiri, dan itu adalah PKS. Lebih parah lagi, itu dilakukan menjelang pemilihan umum (pemilu) presiden. Apalagi alasannya kalau bukan karena terkait dukung mendukung salah satu calon presiden dan wakil presiden.

Dalam hal ini tentu PKS merupakan pendukung pasangan calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan calon wakil presiden Boediono. Sedangkan KAMMI berupaya bersikap independen sesuai dengan fatsun gerakan KAMMI yang memang independen. KAMMI "dipaksa" mendukung pasangan SBY-Boediono. Tentu saja KAMMI menolak tegas "paksaan" itu.

KAMMI dibawah kepengurusan Ketua Umum KAMMI Pusat Rahman Toha B memilih untuk tetap mengusung isu "Anti Neoliberal". Siapa pun pemimpinnya, KAMMI tetap menegaskan sikap anti neoliberalnya. Pada beberapa calon presiden dan wakil presiden selain SBY-Boediono, Rahman Toha memang pernah bertemu dan mendiskusikan tentang apa visi dan misi kepemimpinan mereka jika terpilih. Beberapa forum diskusi public itu difitnah untuk mendapatkan kepentingan pribadi.

Langkah ini juga difitnah sebagai bentuk manufer politik untuk mendapatkan dana atau lainnya. Padahal, Rahman Toha memiliki agenda untuk mengkonfirmasi visi kepemimpinan semua calon presiden, termasuk SBY-Boediono juga. Sayangnya, agenda pertemuan dengan SBY-Boediono pada pekan depan itu tidak terwujud karena kader-kader KAMMI kaki tangan PKS kini telah "mengkudeta" Rahman Toha dan pengurus pusat yang sah.

PKS melalui jaringan mereka di daerah dan pusat berupaya "memplokoto" KAMMI, mulai dari struktur tertinggi hingga terendah. Mereka hendak membawa KAMMI mendukung salah satu calon presiden dan wakil presiden. Dan itu jelas ditolak mentah-mentah oleh Rahman Toha. Independensi KAMMI dan perjuangan melawan kekuatan neolib adalah harga mati yang bisa ditawar-tawar lagi. Meskipun taruhannya adalah "kudeta tidak berdarah" tanpa mengindahkan kaidah organisasi KAMMI.

Selasa (16/6) kemarin adalah agenda KAMMI Pusat melakukan Rapimnas (Rapat Pimpinan Nasional) di Bekasi. Namun agenda Rapimnas itu "ditelikung" oleh oknum petinggi KAMMI Pusat yang menjadi "kaki tangan" PKS. Dari sekitar 45 KAMMI Daerah (kamda), lebih dari 30 kamda "dibujuk" untuk tidak hadir dalam Rapimnas di Bekasi. Anda harus mencermati kata "dibujuk" ini tentu dengan berbagai "kompensasi" yang mereka dapatkan.

Akhirnya sekitar 20-an pengurus pusat KAMMI ditambah puluhan panitia penyelenggara Rapimnas, duduk lemas lunglai melihat bahwa hampir 70% pengurus kamda "berpindah" tempat Rapimnas ke sebuah tempat yang "dirahasiakan" di Jakarta. Menurut saya, mereka yang datang ke Rapimnas KAMMI di Bekasi adalah pejuang sejati independensi KAMMI dan anti neoliberal. Demikian juga sebaliknya.

Ini benar-benar cara yang paling kasar untuk menelikung kepemimpinan KAMMI Pusat yang sah secara konstitusional dan legal di mata hukum negara.

Sebagai Ketua Umum KAMMI Pusat, Rahman Toha tidak "mendapat" ruang sedikit pun untuk menjelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi pada kader-kader di bawah. Padahal Rapimnas adalah ruang yang paling pantas untuk menjelaskan semua duduk permasalahan secara kesatria. Namun kenyataan pahit justru didapat, "kudeta" itu terlalu cepat untuk dapat dihindari lagi.

Karena "korban terfitnah" tidak mendapatkan ruang memberi penjelasan, maka yang terjadi adalah kasak kusuk internal organisasi yang itu kemudian meluas menjadi bola panas dan mendapat "restu" PKS yang sudah kecewa karena KAMMI memilih bersikap independen dan anti neoliberal. Kasak-kusuk itu pun telah menjadi fitnah dan ghibah yang itu lebih kejam dari pembunuhan dan lebih buruk daripada memakan bangkai saudaranya sendiri.

Beberapa fakta yang ada ialah beberapa orang petinggi KAMMI kecewa dengan Rahman Toha, tapi kekecewaan itu tak terkomunikasikan dengan baik sehingga terjadi konspirasi tidak sehat untuk menjatuhkan kepemimpinan Rahman Toha. Kekecewaan itu ada berbagai alas an, karena memang berbagai alas an bisa dibuat.

Tapi secara organisasional, "mereka" tidak memilih logika organisasi yang telah telah disepakati dalam setiap Muktamar sebelumnya, untuk menjatuhkan kepemimpinan seseorang. Surat kudeta pemecatan terhadap Rahman Toha itu keluar sebelum Muktamar Luar Biasa digelar. Inilah pelanggaran besar dalam "kudeta" tersebut. Seharusnya pemecatan itu terjadi dalam Muktamar Luar Biasa agar proses tabayun berjalan dengan adil. Tidak ada proses penjelasan apa pun dalam kudeta tersebut. Tanpa ba-bi-bu, Rahman Toha dan pengurus pusat dipecat.

Mereka lebih memilih "menelikung" dari belakang, menusuk dari belakang punggung seseorang. Dan tragisnya, mereka yang melakukan adalah orang-orang yang selalu mengajarkan "tabayun" atau mengklarifikasi masalah secara langsung pada orangnya, bukan dari sumber rumor dan fitnah.

Lebih tragis lagi, kudeta itu dilakukan oleh teman-teman dekatnya sendiri. Sekali lagi terbukti kata pepatah, musuh paling berbahaya adalah teman terdekat kita, karena merekalah yang tahu setiap titik kelemahan terkecil kita.

Mereka menodai ajaran-ajaran baik yang selalu didengung-dengungka n, mulai tentang masalah "tabayun", jangan ghibah, dan jangan memfitnah. Jikapun kepemimpinan seseorang dijatuhkan, seharusnya, jika memiliki etika berpolitik dan berorganisasi yang santun, tidak melalui cara yang amat sangat menodai independensi KAMMI sebagai sebuah organisasi mahasiswa yang telah dibesarkan dengan keringat dan air mata.

Rahman Toha dan kepengurusan pusat KAMMI saat ini telah "dipecat" atau "dikudeta" dari para anggota KAMMI yang selalu mengatakan dirinya independen namun sebenarnya tidak independen. Kemunafikan banyak kader KAMMI itu sekarang terungkap dengan jelas saat ini. Siapa yang independen dan siapa yang memang menjadi penjilat sebuah institusi partai politik, telah dinampakkan dengan jelas di depan kita sekarang.

Muktamar Luar Biasa KAMMI sekarang, hari Rabu (17/6) sedang digelar untuk "mengkudeta" Rahman Toha yang rela dikhianati kader-kader KAMMI sendiri yang "selalu mengaku" independen. Dia menolak melakukan "perlawanan" atas kudeta tidak berdarah itu. Dia memilih jalan damai karena tidak menginginkan perpecahan lebih jauh dalam organisasi yang turut dibesarkannya dalam satu dekade terakhir.

Dan dia dengan legowo turun agar semua orang mendapat pelajaran berharga tentang banyak hal, mulai dari pengkhianatan hingga kemunafikan.

"Alhamdulillah. .akhirnya amanah ini berakhir lebih cepat dari yang saya rencanakan.. .. Mohon maaf buat semua kader KAMMI di seluruh Indonesia..dan terimakasih sebesarnya atas semua bantuan, suport dan doanya... semoga tetap konsisten berada di garis independesi, netralitas dan keterbukaan pemikiran.. Tetaplah di garis melawan rezim Neoliberal serta capres/wapres neoliberal.. .," itulah kalimat yang tertulis di status Facebook Rahman Toha, di detik-detik kudeta terhadapnya.

Maka, jika suatu saat anda mendengar ocehan tentang independensi KAMMI, lebih dari pantas anda tersenyum kecil di hati dan meludah ke arah lain, sambil mengucapkan "Terima kasih atas informasinya. " [*] 

Tuesday, June 16, 2009

workshop Bunda Manajer Keluarga Bersama Irawati Istadi

Start:     Jul 18, '09 09:00a
End:     Jul 18, '09 4:30p
Location:     Telkomsel Gd Menara Mulia Lt 18 Jl Gatot Subroto Jakarta Selatan
Benefit
- Menetapkan target pengembangan keluarga menjadi lebih jelas dan terukur
- Trampil membuar perencanaan pengelolaan keluarga
- Kreatif merancang jadwal pengelolaan keluarga dan tugas rumah tangga
- Menjadi Parent cerdas emosi dan cerdas spiritual
- Meminimalkan kekacauan dan konflik dengan pengaturan menejemen yang rapi
- Mengelola Manajemen keluarga melalui divisi : personalia, pendidikan, agama, domestik, humas, pengembangan SDM, properti dan keuangan

Fasilitas
Makan Siang
Coffe Break
Sertifikat
Buku Bunda Manajer Keluarga

Pembicara
Irawati Istadi (Penulis)
Aris Ahmad Jaya (Trainer Nasional)

HTM : Rp 150.000 (sudah termasuk buku 'Bunda Manajer Keluarga" seharga Rp 110.000)

CP : 081410170342 (Nora)

Sunday, June 14, 2009

Mobil Rombongan Kader PKS Terbalik di Jalan Tol

Sumber: Harian Kompas, 15-06-2009

Serang, Kompas - Sebuah kendaraan, yang ditumpangi rombongan kader Partai Keadilan Sejahtera, terbalik di Kilometer 84 ruas tol Tangerang-Merak, Minggu (14/6) siang sekitar pukul 13.00. Kecelakaan mengakibatkan seorang kader PKS tewas dan tujuh lainnya luka-luka.

Satu korban tewas diketahui bernama Muali (40), warga Kompleks P dan K Jurang Mangu Timur, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Tujuh kader lain yang terluka adalah Jaka Sulistiana (31), Tri Mahendra (26), Nur Solihin (35), Yanu (35), Sadimin (25), Kris Kuntadi (40), dan Triana (30), dirawat di Rumah Sakit Krakatau Medika, Cilegon. Mereka merupakan kader PKS dari sejumlah wilayah di Kota Tangerang Selatan.

Kecelakaan berawal saat mobil Toyota Kijang B 8092 MA yang ditumpangi para kader PKS meluncur dengan kecepatan tinggi dari arah Tangerang menuju Merak. Rombongan itu akan menuju Cilegon untuk menghadiri rapat konsolidasi pemenangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono di Hotel Permata Krakatau, yang dihadiri Hidayat Nur Wahid.

Tiba di Kilometer 84 yang masuk wilayah Desa Toyomerto, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, tiba-tiba kendaraan yang mereka tumpangi mengalami pecah ban kanan belakang. Pengemudi Kris Kuntadi tidak bisa mengendalikan kendaraan.

Mobil sarat penumpang itu pun langsung jungkir balik beberapa kali di jalan tol. Muali yang duduk di bagian belakang mobil terlempar keluar kendaraan dan tewas seketika. Tujuh rekan lainnya mengalami luka karena terbentur saat kendaraan terbalik.

Petugas Patroli Jalan Raya (PJR) Induk Serang Timur langsung mengevakuasi korban. Satu korban tewas dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Serang. Korban luka dibawa ke RS Krakatau Medika, Cilegon, untuk mendapatkan perawatan.

Kepala Subdirektorat Penegakan Hukum Kepolisian Daerah Banten Komisaris Wingky Adityo membenarkan, kecelakaan itu terjadi akibat pecah ban. Mobil itu terbalik lantaran pada saat pecah ban sedang melaju dengan kecepatan sekitar 100 kilometer per jam.

Sementara secara terpisah, Ketua DPD PKS Banten, Irfan Maulidi juga membenarkan, jika para korban kecelakaan itu merupakan kader PKS. Mereka berangkat dari Tangerang untuk menghadiri acara konsolidasi pemenangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono di Hotel Permata, Cilegon. (NTA)

Mengelola Ketidaksetujuan Terhadap Hasil Syuro

RASANYA PERBINCANGAN kita tentang syuro tidak akan lengkap tanpa membahas masalah yang satu ini. Apa yang harus kita lakukan seandainya tidak menyetujui hasil syuro? Bagaimana "mengelola" ketidaksetujuan itu?

Kenyataan seperti ini akan kita temukan dalam perjalanan dakwah dan pergerakan kita. Dan itu lumrah saja. Karena, merupakan implikasi dari fakta yang lebih besar, yaitu adanya perbedaan pendapat yang menjadi ciri kehidupan majemuk.

Kita semua hadir dan berpartisipasi dalam dakwah ini dengan latar belakang sosial dan keluarga yang berbeda, tingkat pengetahuan yang berbeda, tingkat kematangan tarbawi yang berbeda. Walaupun proses tarbawi berusaha menyamakan cara berpikir kita sebagai dai dengan meletakkan manhaj dakwah yang jelas, namun dinamika personal, organisasi, dan lingkungan strategis dakwah tetap saja akan menyisakan celah bagi semua kemungkinan perbedaan.

Di sinilah kita memperoleh "pengalaman keikhlasan" yang baru. Tunduk dan patuh pada sesuatu yang tidak kita setujui. Dan, taat dalam keadaan terpaksa bukanlah pekerjaan mudah. Itulah cobaan keikhlasan yang paling berat di sepanjang jalan dakwah dan dalam keseluruhan pengalaman spiritual kita sebagai dai. Banyak yang berguguran dari jalan dakwah, salah satunya karena mereka gagal mengelola ketidaksetujuannya terhadap hasil syuro.

Jadi, apa yang harus kita lakukan seandainya suatu saat kita menjalani "pengalaman keikhlasan" seperti itu? Pertama, marilah kita bertanya kembali kepada diri kita, apakah pendapat kita telah terbentuk melalui suatu "upaya ilmiah" seperti kajian perenungan, pengalaman lapangan yang mendalam sehingga kita punya landasan yang kuat untuk mempertahankannya? Kita harus membedakan secara ketat antara pendapat yang lahir dari proses ilmiah yang sistematis dengan pendapat yang sebenarnya merupakan sekedar "lintasan pikiran" yang muncul dalam benak kita selama rapat berlangsung.

Seadainya pendapat kita hanya sekedar lintasan pikiran, sebaiknya hindari untuk berpendapat atau hanya untuk sekedar berbicara dalam syuro. Itu kebiasaan yang buruk dalam syuro. Namun, ngotot atas dasar lintasan pikiran adalah kebiasaan yang jauh lebih buruk. Alangkah menyedihkannya menyaksikan para duat yang ngotot mempertahankan pendapatnya tanpa landasan ilmiah yang kokoh.

Tapi, seandainya pendapat kita terbangun melalui proses ilmiah yang intens dan sistematis, mari kita belajar tawadhu. Karena, kaidah yang diwariskan para ulama kepada kita mengatakan, "Pendapat kita memang benar, tapi mungkin salah. Dan pendapat mereka memang salah, tapi mungkin benar."

Kedua, marilah kita bertanya secara jujur kepada diri kita sendiri, apakah pendapat yang kita bela itu merupakan "kebenaran objektif" atau sebenarnya ada "obsesi jiwa" tertentu di dalam diri kita, yang kita sadari atau tidak kita sadari, mendorong kita untuk "ngotot"? Misalnya, ketika kita merasakan perbedaan pendapat sebagai suatu persaingan. Sehingga, ketika pendapat kita ditolak, kita merasakannya sebagai kekalahan. Jadi, yang kita bela adalah "obsesi jiwa" kita. Bukan kebenaran objektif, walaupun —karena faktor setan— kita mengatakannya demikian.

Bila yang kita bela memang obsesi jiwa, kita harus segera berhenti memenangkan gengsi dan hawa nafsu. Segera bertaubat kepada Allah swt. Sebab, itu adalah jebakan setan yang boleh jadi akan mengantar kita kepada pembangkangan dan kemaksiatan. Tapi, seandainya yang kita bela adalah kebenaran objektif dan yakin bahwa kita terbebas dari segala bentuk obsesi jiwa semacam itu, kita harus yakin, syuro pun membela hal yang sama. Sebab, berlaku sabda Rasulullah saw., "Umatku tidak akan pernah bersepakat atas suatu kesesatan." Dengan begitu kita menjadi lega dan tidak perlu ngotot mempertahankan pendapat pribadi kita.

Ketiga, seandainya kita tetap percaya bahwa pendapat kita lebih benar dan pendapat umum yang kemudian menjadi keputusan syuro lebih lemah atau bahkan pilihan yang salah, hendaklah kita percaya mempertahankan kesatuan dan keutuhan shaff jamaah dakwah jauh lebih utama dan lebih penting dari pada sekadar memenangkan sebuah pendapat yang boleh jadi memang lebih benar.

Karena, berkah dan pertolongan hanya turun kepada jamaah yang bersatu padu dan utuh. Kesatuan dan keutuhan shaff jamaah bahkan jauh lebih penting dari kemenangan yang kita raih dalam peperangan. Jadi, seandainya kita kalah perang tapi tetap bersatu, itu jauh lebih baik daripada kita menang tapi kemudian bercerai berai. Persaudaraan adalah karunia Allah yang tidak tertandingi setelah iman kepada-Nya.

Seadainya kemudian pilihan syuro itu memang terbukti salah, dengan kesatuan dan keutuhan shaff dakwah, Allah swt. dengan mudah akan mengurangi dampak negatif dari kesalahan itu. Baik dengan mengurangi tingkat resikonya atau menciptakan kesadaran kolektif yang baru yang mungkin tidak akan pernah tercapai tanpa pengalaman salah seperti itu. Bisa juga berupa mengubah jalan peristiwa kehidupan sehingga muncul situasi baru yang memungkinkan pilihan syuro itu ditinggalkan dengan cara yang logis, tepat waktu, dan tanpa resiko. Itulah hikmah Allah swt. sekaligus merupakan satu dari sekian banyak rahasia ilmu-Nya.

Dengan begitu, hati kita menjadi lapang menerima pilihan syuro karena hikmah tertentu yang mungkin hanya akan muncul setelah berlalunya waktu. Dan, alangkah tepatnya sang waktu mengajarkan kita panorama hikmah Ilahi di sepanjang pengalaman dakwah kita.

Keempat, sesungguhnya dalam ketidaksetujuan itu kita belajar tentang begitu banyak makna imaniyah: tentang makna keikhlasan yang tidak terbatas, tentang makna tajarrud dari semua hawa nafsu, tentang makna ukhuwwah dan persatuan, tentang makna tawadhu dan kerendahan hati, tentang cara menempatkan diri yang tepat dalam kehidupan berjamaah, tentang cara kita memandang diri kita dan orang lain secara tepat, tentang makna tradisi ilmiah yang kokoh dan kelapangan dada yang tidak terbatas, tentang makna keterbatasan ilmu kita di hadapan ilmu Allah swt yang tidak terbatas, tentang makna tsiqoh (kepercayaan) kepada jamaah.

Jangan pernah merasa lebih besar dari jamaah atau merasa lebih cerdas dari kebanyakan orang. Tapi, kita harus memperkokoh tradisi ilmiah kita. Memperkokoh tradisi pemikiran dan perenungan yang mendalam. Dan pada waktu yang sama, memperkuat daya tampung hati kita terhadap beban perbedaan, memperkokoh kelapangan dada kita, dan kerendahan hati terhadap begitu banyak ilmu dan rahasia serta hikmah Allah swt. yang mungkin belum tampak di depan kita atau tersembunyi di hari-hari yang akan datang.

Perbedaan adalah sumber kekayaan dalam kehidupan berjamaah. Mereka yang tidak bisa menikmati perbedaan itu dengan cara yang benar akan kehilangan banyak sumber kekayaan. Dalam ketidaksetujuan itu sebuah rahasia kepribadian akan tampak ke permukaan: apakah kita matang secara tarbawi atau tidak. ***


Oleh Anis Matta*

Thursday, June 11, 2009

Film Dokumenter Frontline

Bismillahirrohmanirrohim

Film dokumenter yang diproduksi Frontline mengisahkan tentang peperangan di Afghanistan dan Al-Qaidah. Menampilkan sejumlah komentar perang oleh pengamat dan pejabat militer barat. Film ini dikisahkan menggunakan bahasa Inggris tapi lebih banyak menampilkan kejadian-kejadian lapangan.


The War Briefing



Film dokumenter yang mengisahkan kemenangan-kemenangan Al-Qaidah di Afghanistan.


Download
548.04 MB


http://www.archive.org/download/film..._New_Front.avi
http://gettyfile.ru/264502/
http://gettyfile.ru/264505/
http://gettyfile.ru/264507/
http://www.fileflyer.com/view/Pl5RGBT
http://www.2shared.com/file/5076358/..._Briefing.html
http://www.2shared.com/file/5076378/..._Briefing.html
http://www.2shared.com/file/5076395/..._Briefing.html
http://www.fileflyer.com/view/w5NTPCo
http://www.badongo.com/vid/1030280
http://www.2shared.com/file/4910880/.http://partaikeadilan.multiply.com/esd-flwb.html
http://gettyfile.ru/254652/


Transkrip

http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontl...tc/script.html



Al-Qaeda's New Front



Film dokumenter yang sangat terkenal dan mendapatkan sejumlah penghargaan. Film yang memperlihatkan bagaimana Al-Qaidah tumbuh dan berkembang, dan juga memperlihatkan sejumlah pimpinan Al-Qaidah yang berada di Eropa. Mengisahkan perencanaan bom Madrid yang sempurna dan menceritakan beberapa pimpinan Al-Qaidah yang ditangkap di Italia dengan tuduhan keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok Spanyol dalam pengeboman Madrid. Terdapat juga pelajaran mengenai intelijen dalam melakukan pengawasan beberapa elemen apakah itu di Arab (Saudi, Mesir, Suria, Libanon . . ) maupun di negara-negara Eropa (Prancis, Britain, Spanyol . . ).
Video yang sangat penting dan sampai pada level 'Harus Anda Saksikan'. Jangan sampai terlewatkan!


Download
598.89 MB


http://www.archive.org/download/film...r_Briefing.avi
http://gettyfile.ru/264511/
http://gettyfile.ru/264514/
http://gettyfile.ru/264515/
http://www.2shared.com/file/5076640/...New_Front.html
http://www.2shared.com/file/5076656/...New_Front.html
http://www.2shared.com/file/5076662/...New_Front.html
http://www.fileflyer.com/view/3kqiyA0
http://www.badongo.com/vid/1033938
http://www.2shared.com/file/4934413/...HongBearr.html
http://www.fileflyer.com/view/td5dsBo


Transkrip

http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontl...tc/script.html


Download Page

http://www.archive.org/details/film_..._haj_frontline


Sumber: Forum Ummahq

Diskon Produk2 Arrahmah.com dlm Rangka Launching Toko Online

Category:   Other/General
Price:   ----

VCD JIHAD

Bells of Dangerous
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Film ini berisi pesan untuk pemimpin perang Salib, George W Bush, akan bahaya besar yang dihadapi oleh anjing-anjingnya di Iraq, berbagai macam serangan Mujahidin terhadap mereka dan peringatan bahaya kehancuran Amerika yang semakin terlihat nyata. Detail Produk...

Dan Batu Pun Berbicara
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Dan Batu Pun Berbicara Kebiadaban dan kebuasan Yahudi Israel tidak bisa dihadapi kecuali dengan bahasa senjata, JIHAD!! Dan sungguh jihad di negeri Palestina tidak akan pernah tiada, sampai denyut jantung "alpha" atau hingga "batu pun dapat berbicara". Detail Produk...

DR. Abdullah Azzam - Pedang Solusi Terakhir
Harga Asli: Rp 40.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 30.000
Hemat: 25.00%
Film ini berisi berbagai rekaman video dan audio ceramah-ceramah penting beliau tentang jihad dan mujahidin, diselingi video-video Jihad Afghanistan yang membuat pesan beliau lebih hidup dan lebih mudah difahami. Sebuah warisan Islam yang sangat berharga. Detail Produk...

Escape From Baghram
Harga Asli: Rp 30.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 22.500
Hemat: 25.00%
Film ini bercerita tentang karamah Allah swt. Empat orang mujahid berhasil meloloskan diri dari Baghram, penjara Amerika di Afghanistan yang dikenal super ketat dalam penjagaannya. Burung dara pun konon tidak bisa lolos dari penjara tersebut.. Detail Produk...

Hamas - Brigade Izzuddin Al-Qassam 1
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Pemuda Palestina tumbuh dalam desingan peluru, dentuman meriam, raungan pesawat tempur dan suara tank yang menderu. Hidup mereka jauh dari kenikmatan, dendangan musik, dan kasur-kasur yang empuk. Itulah tarbiyah yang melahirkan jiwa-jiwa gagah perkasa. Detail Produk...

Hamas - Brigade Izzuddin Al-Qassam 2
Harga Asli: Rp 27.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 24.300
Hemat: 10.00%
Dalam video ini, selain digambarkan bagaimana latihan para mujahidin Brigade Izzuddin Al-Qassam, juga digambarkan para syuhada Brigade Izzuddin Al-Qassam lengkap dengan statemen alias wasiat mereka sebelum melakukan aksi syahid. Detail Produk...

Iraq Fighting Back 1 (Sniper Baghdad 1)
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Lihatlah berbagai aksi perlawanan dalam film ini, bagaimana Amerika yang konon katanya raja dunia, begitu mudahnya dihancurkan oleh para pemuda yang hanya bersenjatakan Iman dan AK (Kalashinkov). Detail Produk...

Iraq Under Attack 1
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Film nyata yang mengisahkan perjuangan membela kehormatan dan mempertahankan harga diri oleh para pejuang Islam. Mereka rela mengorbankan segalanya demi membela kehormatan Islam, di saat banyak saudara mereka tengah mabuk dengan gemerlap dunia. Detail Produk...

Iraq Under Attack 2
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Iraq Under Attack 2 Berbagai kejahatan tentara Salib terungkap dalam film ini. Juga apa yang dilakukan oleh anjing-anjing mereka terhadap kaum Muslimin Iraq. Detail Produk...

Iraq Under Attack 3
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Iraq Under Attack 3Dokumentasi operasi yang dinamakan “Ghazwah Umar Hadid”, Mujahidin melancarkan lebih dari 30 operasi istisyhad terhadap markas musuh, tempat pemeriksaan, dan patroli. Juga puluhan serangan roket ke arah tempat pertemuan dan markas pusat. Detail Produk...

Jihad Afghanistan 1 - Perlawanan Kaum Tertindas
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Jika kita mengangkat senjata untuk membela Islam kita, iman kita, dan agama kita, kita dituduh teroris dan ekstrim, maka ketahuilah kami memang teroris!! Detail Produk...

Jihad Afghanistan 2 - Para Peminang Bidadari
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Sebuah kisah nyata perjuangan membela kebenaran yang diukir oleh para pahlawan dari puncak-puncak gunung tertinggi di medan Jihad Afghanistan. Detail Produk...

Lee's Life for Lies
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Film yang diangkat dari sebuah surat yang ditulis oleh seorang tentara Amerika yang tewas secara tragis di Iraq. Padahal dalam dirinya terdapat penentangan terhadap perang di Iraq. Banyak pertentangan batin yang dirasakannya di lapangan. Detail Produk...

Mujahideen Frontline 2 - The Best Sniper
Harga Asli: Rp 27.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 24.300
Hemat: 10.00%
Sebuah persembahan aksi jihad terbaik dari sniper terbaik Negara Islam Irak. Ketangguhan, bidikan yang jitu, berpadu dengan pekik Allahu Akbar, melesatkan peluru-peluru panas menembus tubuh-tubuh agresor kafir Amerika dan sekutu-sekutunya. Detail Produk...

Mujahidin Frontline
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Film ini berisi rekaman aksi para perindu syahid, di barisan terdepan Mujahidin. Berisi wawancara bersama mereka tentang seluruh aksi-aksi gagah berani mereka. Detail Produk...

Musibah Dunia - Ketika Allah Murka
Harga Asli: Rp 27.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 24.300
Hemat: 10.00%
Musibah Dunia - Ketika Allah Murka Sebuah film dokumenter yang dahsyat dan spektakuler tentang musibah-musibah yang pernah terjadi di dunia. Sebuah gambaran yang mengerikan ketika Allah murka. Detail Produk...

Percik Darah di Serambi Al-Quds
Harga Asli: Rp 27.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 24.300
Hemat: 10.00%
Mengisahkan bagaimana umat yang dihina di Palestina bangkit dan memilih jalan kemuliaan mereka, jihad! Dari bumi para nabi tersebut, lahir singa-singa perjuangan yang rela mengorbankan hidupnya untuk sebuah kemuliaan abadi. Detail Produk...

Sniper Baghdad 2 & Iraq Fighting Back 2
Harga Asli: Rp 30.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 22.500
Hemat: 25.00%
Tidak seperti seri pertama film ini, dalam Sniper Baghdad 2, selain menampilkan berbagai operasi Sniper Baghdad yang sangat mematikan, juga berisi penjelasan dari seorang komandan Sniper Baghdad tentang aksi mereka. Detail Produk...

Sniper Baghdad 3 & Iraq Fighting Back 3
Harga Asli: Rp 30.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 22.500
Hemat: 25.00%
Sniper Baghdad 3 (IFB 3) Iraq Fighting Back 3 merupakan dokumentasi terlengkap tentang perlawanan Mujahidin Iraq menghadapi tentara Salib Amerika. Sniper Baghdad 3 merupakan lanjutan dari seri sebelumnya dan menyajikan tayangan yang lebih menarik. Detail Produk...

Syamil Pemuda Surga
Harga Asli: Rp 29.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 21.750
Hemat: 25.00%
Kisah ini diangkat dari kisah nyata yang terjadi pada tahun 1832 Masehi. Kisah epik dan heroik tentang perjuangan seorang komandan Mujahidin Chechnya yang bernama Syamil. Detail Produk...

The Amazing Child
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Anak kecil dalam film ini adalah nyata adanya, sejak umur 3 tahun, kedua orang tuanya telah memperkenalkan Al-Qur’an kepadanya. Dan dalam tempo 2,5 tahun ia dapat menghafal Al-Qur’an beserta makna dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Detail Produk...

The Caravan of Syuhada 1
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Film ini mengisahkan sebagian kecil para syuhada di bumi Afghanistan, kepahlawanan mereka, kisah hidup mereka, dan pesan-pesan mereka untuk Kaum Muslimin di seluruh dunia. Detail Produk...

The Caravan of Syuhada 2
Harga Asli: Rp 27.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 24.300
Hemat: 10.00%
Mengisahkan para Syuhada Zabul, yang mana mereka pergi menuju Afghanistan, bumi jihad yang diberkahi. Sebuah negeri jihad, penggemblengan, dan persiapan. Madrasah kepahlawanan. Negeri perjuangan dan istisyhad. Detail Produk...

The Code of Silence
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Film ini menunjukkan angka sebenarnya kematian tentara Amerika. Berapa itu? Mujahidin mengungkapkan sekitar 25.000 bahkan sampai 30.000 tentara Amerika tewas di sana. Sangat menyedihkan... Detail Produk...

The Manhattan Raid - The True Story of 9/11
Harga Asli: Rp 30.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 22.500
Hemat: 25.00%
Film yang menceritakan 19 pemuda pemberani dari berbagai negara yang dilatih di bumi jihad Afghanistan, lalu beraksi di Manhattan, meluluh-lantakkan simbol ekonomi AS, menara kembar WTC dan gedung penting lainnya termasuk Pentagon, simbol militer AS. Detail Produk...

The Return of Crusaders
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Setelah satu abad sejak perang salib pertama dikobarkan, di bawah bendera salib mereka bersatu dengan bangsa Yahudi untuk menyerang kaum Muslimin di Afghanistan, Iraq, dan berbagai negeri muslim lainnya. Detail Produk...

The State of Jihad
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Film dokumenter Mujahidin Daulah Islam Iraq dalam mempertahankan bumi suci kaum Muslimin dari gempuran tentara Salib Amerika bersama sekutunya. Mengungkap strategi perlawanan Mujahidin menghadapi gempuran ribuan musuh Islam. Detail Produk...

Tragedi Masjid Lal
Harga Asli: Rp 25.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.750
Hemat: 25.00%
Tragedi Masjid Lal Film ini mengungkapkan peristiwa berdarah penyerangan Masjid Merah yang membuktikan kezhaliman dan kediktatoran rezim Musharraf. Mereka menghancurkan Masjid tersebut dan membunuh santri-santrinya, juga syaikh mereka, Syaikh Abdur Rasyid Ghazi -rahimahullah-. Detail Produk...

MP3 NASYID

The Road of Syuhada
Harga Asli: Rp 26.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.200
Hemat: Rp 7.800
Detail Produk...

The Road to Paradise
Harga Asli: Rp 26.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.200
Hemat: Rp 7.800
Detail Produk...

The Sword of Tawheed
Harga Asli: Rp 26.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 18.200
Hemat: Rp 7.800
Detail Produk...

BUKU

21 Solusi Saat Sulit Bangun Shalat Subuh
Harga Asli: Rp 20.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 10.000
Hemat: 50.00%
Tidak pernah menghadiri jamaah shalat shubuh merupakan sikap tasyabbuh (menyerupai) perilaku kaum munafiq pada zaman nabi. Kalau anda termasuk orang yang masih merasa berat untuk bangun shalat shubuh, maka buku ini ’menantang’ nyali anda. Detail Produk...

Army Madinah in Kashmir
Harga Asli: Rp 30.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 15.000
Hemat: 50.00%
Sebuah cerita jihad yang mengalir di bawah sinar bulan yang indah di Kashmir. Dipersembahkan dalam kehormatan dan kemenangan atas ribuan syuhada’ yang gugur, seperti daun-daun yang luruh di musim gugur. Detail Produk...

Awas! Operasi Intelijen - The Untold Story
Harga Asli: Rp 28.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 14.000
Hemat: 50.00%
Buku yang mengupas sepak terjang intelijen dalam gerakan Islam di Indonesia. Berbagai hal yang menjadi ‘The Untold Story’ terungkap dalam buku ini. Detail Produk...

Commander Khattab - Pahlawan Jihad Chechnya
Harga Asli: Rp 28.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 14.000
Hemat: 50.00%
Sebuah kisah yang belum pernah diungkapkan. Biografi seorang pemberani yang menempuh pilihan hidup yang berani, Komander Khattab, “Khalid bin Walid” abad ini, pahlawan Jihad Chechnya. Detail Produk...

Demokrasi Sejalan dengan Islam?
Harga Asli: Rp 28.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 14.000
Hemat: 50.00%
Syekh Abu Muhammad ‘Ashim Al-Maqdisy menjawab seluruh pertanyaan penting tentang hakikat demokrasi, hukum dan konsekuensi bagi para penganutnya. Juga penjelasan berbagai syubhat yang menjangkiti para pengagung demokrasi. Detail Produk...

Dialog Ilmiyah - Mengapa Sunni Syiah Sulit Bersatu
Harga Asli: Rp 53.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 26.500
Hemat: 50.00%
Buku ini menguak sisi lain dari berbagai persoalan yang selama ini menjadi bahan perdebatan antara Sunni dan Syi’ah. Disajikan dalam bentuk dialog segar membuat pembaca dapat segera memahami segala permasalahan yang selama ini terkesan “berat”. Detail Produk...

In The Heart of Al-Qaeda
Harga Asli: Rp 48.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 24.000
Hemat: 50.00%
Dari pegunungungan Tora Bora di Afghanistan, kamp-kamp pelatihan yang tersebar hampir di seluruh negeri Muslim, hingga ruang-ruang kampus eksklusif di Eropa, inilah kisah Al-Qaeda sekaligus Syekh Usamah bin Ladin langsung dari ‘markas’ mereka. Detail Produk...

Jihad di Asia Tengah
Harga Asli: Rp 29.500
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 23.600
Hemat: 20.00%
Sebuah karya monumental dan prestisius dari salah satu pemimpin Jihad global saat ini, Syekh Abu Mush’ab As Suri. Sebuah karya yang menggugah, penuh inspirasi, kaya sejarah, dan ditulis oleh pelaku sekaligus konseptor Jihad di lapangan. Detail Produk...

Make Up Your Life
Harga Asli: Rp 49.500
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 24.750
Hemat: 50.00%
Buku ini mencoba menghadirkan gambaran nyata tentang arti kebahagiaan yang hakiki, dan sarana-sarana yang tepat untuk meraihnya. Buku ini mengajak untuk merenung dan memikirkan serta mengubah hidup kita yang berjalan tanpa arah. Detail Produk...

Millah Ibrahim - Dakwah Para Nabi dan Rasul
Harga Asli: Rp 35.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 17.500
Hemat: 50.00%
Millah Ibrahim - Dakwah Para Nabi dan Rasul Millah Ibrahim, sebuah buku yang dahsyat. Buku ini menjadi duri di tenggorokan, ghushshah (sandungan) dalam dada, serta koreng yang berbahaya di hati, dan selalu menjadi sa’dan (duri) bagi para thaghut di manapun mereka berada. Detail Produk...

Paket Buku Trio Mujahid
Harga Asli: Rp 75.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 60.000
Hemat: 20.00%
Sebuah kisah tentang keyakinan hidup yang tak tergoyahkan hingga maut menjemput. Dengan senyum di akhir perjalanan suci menghias mimpi-mimpi yang kini abadi. Sebuah catatan sekaligus renungan yang membedakan yang haq dan yang bathil. Detail Produk...

Perjalanan Cinta Seorang Istri Mujahid
Harga Asli: Rp 50.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 25.000
Hemat: 50.00%
Buku ini berbicara lantang di hadapan kita. Curahan hati seorang istri mujahid. Berbagai kisah yang tak pernah diketahui orang, tak juga pernah diliput media massa manapun. Sebuah perjalanan cinta penuh pesona. Detail Produk...

The Giant Man - Biografi Mullah Umar
Harga Asli: Rp 35.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 17.500
Hemat: 50.00%
Biografi spektakuler seorang Mujahid Perkasa Tanah Khurasan, Mullah Umar, yang belum pernah dipublikasikan. Rekaman sejarah seorang pria pemberani yang berdiri tegar di hadapan tirani Amerika. Detail Produk...

Tiada Khilafah Tanpa Tauhid dan Jihad
Harga Asli: Rp 27.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 13.500
Hemat: 50.00%
”Tidak ada Islam tanpa jamaah, dan tidak ada jamaah tanpa imarah serta tidak ada imarah tanpa mendengar dan ketaatan.” (Umar Ibnul Khattab ra) Detail Produk...

Tidak Ada Damai dengan Israel
Harga Asli: Rp 31.500
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 25.200
Hemat: 20.00%
Buku ini membahas secara ringkas dan menarik masalah hukum berdamai dengan zionis yahudi Israel. Disertai fatwa-fatwa pilihan, sejarah penindasan, deklarasi, dan seruan jihad melawan zionis yahudi Israel dari Mujahidin global di front terdepan bumi Jihad. Detail Produk...

Virus-Virus Syari'at
Harga Asli: Rp 28.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 14.000
Hemat: 50.00%
Buku ini disusun oleh Ust. Abu Muhammad Jibriel (penulis buku laris "Lelaki Shalih"), yang membongkar berbagai aliran sesat di Indonesia dan ayat-ayat palsu oleh antek-antek Yahudi, yang banyak beredar di internet. Detail Produk...

Wind From Paradise - Kisah-Kisah Jihad Abad Ini
Harga Asli: Rp 29.500
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 23.600
Hemat: 20.00%
Novel perdana Ar Rahmah Media ini berisi empat cerpen yang merupakan kisah-kisah jihad, yang mengambil setting medan jihad di negeri-negeri kaum Muslimin yang berbeda-beda; Afghanistan, Chechnya, Pattani, dan Thailand. Detail Produk...

MAJALAH

Khilafah Tiga Umar (Jihadmagz 1)
Harga Asli: Rp 45.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 10.000
Hemat: Rp 35.000
Alhamdulillah, Jihad Magz Edisi Perdana ini bisa mengangkat Khilafah Tiga Umar sebagai Fokus Utama. Jihad ketiga Umar ini, Mullah Muhammad Umar, Dokka Umarov, dan Abu Umar Al Baghdady memang layak mendapatkan dukungan penuh kaum Muslimin. Detail Produk...

Know Your Enemies (Jihadmagz 2)
Harga Asli: Rp 45.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 10.000
Hemat: Rp 35.000
Jihad Magz Edisi 2 kali ini kami lengkapi dengan rubrik-rubrik baru yang sudah pastinya ditunggu oleh pembaca. Fokus Utama Jihad Magz Edisi 2 tentu saja sesuai judul cover, yakni Know Your Enemies, Menguak Tabir Musuh-Musuh Islam. Detail Produk...

Road To 911 (Jihadmagz 3)
Harga Asli: Rp 45.000
Harga Akhir (setelah Diskon): Rp 10.000
Hemat: Rp 35.000
Fokus Utama majalah ini membahas tuntas dan lugas peristiwa 911 tersebut dari berbagai sisi, juga dilengkapi dengan Tema Spesial tentang Syekh Usamah bin Ladin, Meruntuhkan Tirani Menegakkan Khilafah. Detail Produk...

Sumber: Toko Online Arrahmah.com

*mengharap dpt produk2 itu gratis*
:D:D:D:D:D:D:D:D:D:D:D:D:D:D:D:D