Tuesday, May 25, 2010

Tafsir Fii Zhilalil Qur'an Karya Sayyid Quthb

Category:   Books



Sayyid Quthb merampungkan tafsir ini di dalam penjara selama kurun waktu lebih dari sepuluh tahun, kemudian mengakhiri hidupnya di tiang gantungan sebagai syahid. Ia membayar keyakinannya dengan darahnya. Dan tafsir ini adalah lukisan keyakinannya. Ia adalah tafsir iman atas Al-Qur’an, kata adiknya, Muhammad Quthb.

Pada dasarnya, semua karya ulama Islam yang mu’tamad (memenuhi persyaratan sehingga bisa dijadikan pegangan) sama hebatnya. Karya-karya mereka, khususnya dalam tafsir Al-Qur’an merupakan hasil interaksi mereka dengan Al-Qur’an secara intensif selama mereka hidup. Bahakan tidak jarang, pemahaman mereka terhadap Al-Qur’an yang mendalam dan pengamalan isinya serta penyebaran nilai-nilai yang terkandung di dalamnya secara konsisten menyebabakan mereka menghadapi berbagai ujian, khususnya dari penguasa atau pihak-pihak yang menginginkan Al-Qur’an jauh dari kepala, hati, perasaan dan prilaku umat ini. Itulah yang dihadapi Sayyid Quthb, penulis tafsir Fii Zhilalil Qur’an yang merelakan hidupnya diakhiri di tiang gantung rezim Jamal Abdul Naser demi mempertahankan isi dan kemuliaan Al-Qur’an.

Sebab itu, semua tafsir karya ulama-ualama besara sepanjang sejarah memiliki kelebihan dan keistimewaan. Keistimewaan tersebut terletak pada konsentrasi dan permasalahan yang mereka tekankan sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi umat di zaman mereka masing masing.

Fii Zhilalil Qur’an juga demikian. Sayyid Quthb hidup di zaman penguasa-penguasa Islam yang amat zholim. Saking zholimnya, mereke memaksa umat ini hidup dengan sisitem jahiliyah yang mereka import dari Barat kolonialis yang notabene dibungkus ajaran Yahudi dan Nasrani yang jelas-jelas bertentangan dengan inti ajaran Al-Qur’an.

Di zaman Fii Zhilil Qur’an ditulis (sebagian besarnya ditulis Sayyid Quthb di Penjara Mesir), nyaris sulit membedakan antara al-Haq (kebenaran yang datang dari Alloh) dan al-Bathil (kebatilan yang datang dari manusia dan setan). Penjajah dengan segala pemikirannya menjadi tuan dan bahkan tuhan yang harus ditaati. Sednagkan penduduk negeri asli yang Muslim menjadi asing dan tamu di negeri sendiri. Antara Tauhid dan Syirik sudah nyaris tanpa beda. Antara iman dan kufur sudah tidak banyak lagi dibicarakan. Antara hati nurani, pikiran sehat dan hawa nafsu sudah samar. Antara carahaya dan kegelapan sudah tidak lagi menjadi perhatian. Bahkan antara Tuhan Pencipta (Alloh) dengan berhala-berhala yang disembah, baik dalam bentuk manusia, sistem hidup, tradisi nenek moyang, akal, ilmu pengetahuan, teknologi, patung, uang, jabatan dan sebagainya sudah tidak dihiraukan.

Bahkan, penguasa-penguasa dunia Islam saat itu dengan mudahnya memaksakan kepada umat ini untuk menerima dan mengakui yang hak menjadi batil, yang bathil menjadi hak, yang halal menjadi haram dan yang haram menjadi halal. Lebih dari itu, ulama dan para aktivis dakwah yang menyuarakan al-Haq itu adalah Al-Haq dan al-Bathil itu adalah al-Bathil dimushi, dituduh dengan berbagai tuduhan yang mengerikan, lalu ditangkap, dipenjara dan bahkan Sayyid Quthb sendiri dibunuh di tiang gantung rezim Jamal Abdul Naser.

Dalam salah satu untaian syair, Sayyid Quthb bersenandung:

Saudaraku….. engkau bebas merdeka di balik jeruji besi…
Saudaraku…..
engkau bebas merdeka dengan belenggu ini…
Jika engkau benar-benar berlindung pada Allah….
maka tipu daya budak-budah itu tidak akan mencelakakanmu..

Saudarakau….
Jika kita mati, bebarati kita akan bertemu dengan para kekasih kita
(Rasul, Sahabat dan orang-orang sholih)
Taman syurgawi Robbku sudah disiapkan untuk kita…..

Dalam situasi dan kondisi seperti itulah Fii Zhilalil Qur’an ditulis dan disebarkan. Berkat taufiq dari Allah, sejak Fii Zhilal diterbitkan sampai hari ini, ia tetap menjadi rujukan berjuta-juta umat Islam dan bahkan oleh para ulama sendiri di seluruh penjuru dunia. Atau dengan kata lain, Fii Zhilal tetap menjadi best seller sejak diluncurkan sampai hari ini. Syaikh Abdulloh Azzam pada pertengahan 80-an pernah bercerita: Di Libanon, jika ada percetakan mulai bangkrut, para pemiliknya mencetak Fii Zhilalill Qur’an dan juga buku-buku Sayyid yang lain, maka percetakan tersebut terhindar dari kebangkrutan. Allohu Akbar….

Kenapa Fii Zhilal menjadi rujukan uatama saat ini? Jawabannya ialah bahwa situasi dan kondisi kita sekarang tidak jauh berbeda dengan situasi dan kondisi saat Fii Zhilal ditulis sekitar 45 tahun lalu. Bahakn jahiliyahnya pun masih itu-itu juga. Ingkar pada Alloh dan Rosul-Nya. Tidak mau menjadikan Al-Qur’an senbagai the way of life. Mempertuhankan akal, ilmu pengetahuan, teknologi, harta dan kedudukan. Berbagai kejahatan dan kezaliman yang timbul akibat jauh dari manhaj Al-Qur’an pun juga masih sangat terasa seperti saat Fii Zhilal diluncurkan. Alangkah miripnya zaman kini dengan masa itu.

Secara umum dapat kita simpulkan bahwa Fii Zhilalil Qur’an memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Di antaranya :

1. Kekuatan membawa kita tenggelam sambil menyelami ilmu dan hikmah yang ada di dalam Al-Qur’an dengan penuh kenikmatan yang tidak mungkin digambarkan dengan kata-kata.
2. Kekuatan megikat dan merajut ayat-ayat Al-Qur’an dengan Hadits Rosul Saw serta Siroh Nabawiyah dan para Sahabatnya, kemudian dikaitkan dengan situsi dan kondisi kekinian (waqi’).
3. Kekuatan membangkitkan keyakinan (keimanan), optimisme pada rahmat dan pertolongan Allah dan rasa percaya diri sebagai umat terbaik yang Alloh hadirkan ke atas bumi ini.
4. Kekuatan menggugah pikiran dan perasaan kita sehingga muncul berbagai inspirasi, ide, gagasan dan berbagai pertanyaan yang paralel dengan situasi dan kondisi yang kita lewati sekarang, sehingga kita memahami dengan tepat situasi dan kondisi tersebut dengan ide solusi yang jelas pula.
5. Kekuatan pencerahan yang luar biasa terkait hakikat Ilah, manusia, kehidupan dunia, alam semesta, kehidupan akhirat, jahiliyah dan Islam.
6. Kekuatan penelaahan yang sangat luar biasa dalam hal hakikat Islam dan Jahiliyah, iman dan kufur, serta keunggulan manhaj (konsep) Islam dibandingkan dengan konsep jahiliyah, baik dulu maupun yang ada sekarang yang datang dari Barat maupun Timur.
7. Kekuatan bahasa yang digunakan karena Sayyid Quthb memang terkenal sebagai seorang penyair kawakan di zamannya dan bahkan beberapa syairnya sampai hari ini belum terkalahkan.

Sungguh Fii Zhilalil Qur’an adalah kekuatan yang lahir dari keyakinan yang kuat, pamahaman yang mendalam, penerapan dalam kehidupan nyata dan diperjuangakan oleh penulisnya sampai detak jantungnya yang terakhir. Sebenarnya, ada tawaran dari Jamal Abdul Naser bahwa Sayid Quthb dapat selamat dari tiang gantung (hukuman mati) asal mau menandatangani surat minta maaf yang telah disiapkan penguasa. Sambil menuju ke tiang gantung Sayid Quthb berkata :

Sesungguhnya telunjuk yang bersaksi dengan mengucap dua kalimat syahadat (Tiada tuhan yang berhak disembah selain Alloh dan Muhammad adalah Rosul-nya) minimal lima kali dalam sehari (waktu sholat fardhu) tidak mungkin dia menandatangani atau menulis satu katapun yang menyebabkan berdekat-dekat dengan penguasa thoghut (zholim). Jika aku dihukum disebabkan karena al-Haq, maka aku ridho berhukum dengan al-Haq. Namun jika saya dihukum dengan al-Bathil (kebatilan) maka saya lebih besar dari meminta kasih sayang kepada kebathilan itu.

Maka yang demikian itu adalah Allah, Tuhan Penciptamu yang Haq. Maka tidak ada selain Al-Haq itu kecuali kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (QS. Yunus : 32)

Selamat menikmati….

===============================================

Judul kitab: Tafsir Fii Zhilalil Qur'an
Penulis: Sayyid Quthb
Penerbit: Gema Insani Press (GIP)

1. Edisi Superluks - Hard Cover (12 Jilid)
Harga: Rp.120.000/jilid

2. Edisi Istimewa - Soft Cover (24 Jilid)
Harga: 55.000/jilid

===============================================

Harga Paketan:
-pembelian 2 jilid disc.10%
-pembelian 3 jilid disc.15%
-pembelian >4 jilid disc.20%
-pembelian satu set disc.30%

===============================================

Pemesanan: 0856.1471.343

===============================================

katalog produk lainnya di http://tegoeh.multiply.com/market/

Sunday, May 16, 2010

buku-buku karya Sayyiq Quthb

Category:   Books
Price:   cek masing2 buku



1. Indahnya Al Qur'an Berkisah.
Harga: Rp.40.000

Berikut salah satu bagian dari isinya:

AL-QUR’AN telah menyihir (memikat) bangsa Arab sejak kali pertama, baik mereka yang telah Allah lapangkan dadanya untuk Menerima Islam maupun orang yang Allah tutup penglihatannya. Jika kita boleh beralih sebentar kepada sekelompok kecil manusia dimana sosok Muhammad saw.yang menjadi penyeru mereka menuju keimanan pada permulaan, seperti istrinya Khadijah; sahabatnya, Abu Bakar; sepupunya, Ali; budaknya Zaid, dan banyak lagi. Kita mendapati bahwa Al-Qur’an pada saat itu menjadi faktor yang amat berpengaruh atau menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam membina keimanan orang2 pertama yang memeluk Islam pada masa2 pertama dakwah Rasulullah saw. Di mana pada saat itu, Nabi Muhammad saw.belum memiliki daya dan upaya. Dan, di mana pada saat Islam belum memiliki kekuatan dan daya tahan.

Kisah berimannya Umar Ibnul Khaththab dan pengambilan kekusaan Al-Walid Ibnul Mughirah adalah contoh dari kisah2 keimanan. Keduanya mengungkapkan adanya daya magis Al-Qur’an yang telah mengikat bangsa Arab sejak kali pertama dan mengungkapkan-dalam arah yang berbeda-tentang kehebatan daya magis ini yang sama2 diakui, baik oleh kaum beriman maupun orang2 kafir.

Kisah berimannya Umar banyak riwayat yang menceritakannya. Salah satunya adalah berasal dari Atha dan Nujahid yang dikutip oleh Ibnu Ishaq dan Abdullah bin Abi Najih yang mengisahkan bahwa Umar r.a. berkata,

“Aku dulunya amat menjauhi Islam. Aku suka mabuk2an ketika jahiliyah. Kami mempunyai sebuah majelis tempat berkumpul kaum pria bangsa Quraisy… Suatu saat aku hendak berkumpul dengan teman2ku di sana, namun tidak seorang pun berada di sana. Maka aku berkata, ‘Mungkin aku harus menemui si Fulan penjual khamar!’ Maka aku pun segera bergegas untuk menemuinya, tapi aku tidak mendapatinya. Lalu aku berujar kembali, ‘Mungkin aku harus ke Ka’bah untuk melakukan thawaf di sana sebanyak 7 atau 70 kali!’ Maka aku pun datang ke masjid untuk melakukan thawaf di Ka’bah, ternyata di sana ada Rasulullah saw.sedang berdiri melakukan shalat. Saat itu, ia shalat menghadap ke negeri Syam (Masjidil Aqsha) dan menjadikan Ka’bah diantara dirinya dan negeri Syam. Beliau pun berdiri di antara rukun (tiang Ka’bah) rukun Aswad dan rukun Yamani. Aku berkata saat aku melihatnya,’DemiAllah, kalu saja nanti malam aku mendengar apa yang akan dibaca oleh Muhammad! Dan terbesit dalam hatiku kalau aku sudah mendekat ke arah Muhammad dan mendengarkan apa yang ia baca pasti ia akan aku kagetkan.’ Aku pun menghampirinya dari balik al-Hajar (Hajar Aswad), aku pun masuk dari balik kain Ka’bah. Tidak ada jarak di antara diriku dengan Muhammad kecuali dibatai oleh kain Ka’bah saja. Saat aku mendengar Al-Qur’an maka luluh hatiku sehingga membuat aku menangis. Sejak itu aku masuk Islam”

Ada juga riwayat yang dituturkan oleh Ibnu Ishaq yang kesimpulannya bahwa Umar keluar dari rumahnya dengan menghunus pedangnya mecari Rasulullah saw.. Umar ditemani oleh para sahabatnya yang telah berkumpul di sebuah rumah di bukit shafa. Jumlah mereka hampir berjumlah 40 orang yang terdiri dari pria dan wanita.

Di tengah jalan, ia bertemu dengan Naim bin Abdullah yang bertanya kepada Umar hendak kemana ia. Umar lalu memberitahukan Naim tentang maksud dan tujuannya. Lalu Naim mengingatkan Umar akan bahayanya berhadapan dengan bani Abdi Manaf dan ia mengajak Umar untuk kembali ke rumah dan mengurungkan kembali niatnya, karena iparnya yang bernama Said bin Zaid bin Amr dan saudari Umar yang bernam Fathimah bintil Khaththab, telah keluar dari agama mereka.

Maka Umar pun bergegas hendak menemui mereka berdua. Ternyata di sana ia mendengar seseorang yang membacakan Al-Qur’an kepada mereka berdua. Umar segera merangsek masuk ke dalam rumah dan langsung mencengkeram Said, iparnya dan saudarinya yang bernama Fathimah… Kemudia Umar merebut sebuah lembaran kertas setelah perdebatan lama, dan ternyata di dalamnya terapat sepenggal ayat dari surah Thaahaa. Setelah membaca sepenggal ayat dari surah tersebut, Umar berkata,

“Betapa indah dan mulianya kalimat ini!”

Lalu ia pun pergi untuk menemui Nabi saw.-dan ia mengumumkan keislamannya. Maka, Nabi saw. bertakbir untuk memberitahukan penghuni rumah dan para sahabatnya bahwa Umar r.a. telah masuk Islam. (Dari Siroh Ibnu Hisyam)

Seluruh riwayat sepakat bahwa Umar mendengar atau membaca sepenggal ayat Al-Qur’an Seolah-olah ini yang mangajaknya untuk memeluk Islam. Termasuk kerja keras yang tidak diperlukan adalah faktor-faktor kejiwaan lain dalam sejarah kehidupan Umar, tetapi faktor-faktor tersebut tidak menafikan bahwa hal tersebut terjadi disebabkab oleh daya magis Al-Qur’an dan itulah dampak yang amat berpengaruh yang menjadikan Umar bersegera memeluk Islam. Demikian kisah berimannya Umar Ibnul Khaththab. http://ishares.wordpress.com/2008/04/07/indahnya-al-quran-berkisah/

2. Ma'alim Fith Thoriq.
Harga: Rp.35.000

Berikut reviewnya:

Ma'alim fi Ath-Thariq (معالم في الطريق) adalah buku yang fenomenal dan revolusioner. Mengapa fenomenal? Sebab buku ini telah membuat penulisnya, Sayyid Quthb, digantung. Sedangkan para pembacanya di banyak negara, dicurigai; kalau-kalau mereka bisa menjadi teroris. Buku ini sempat dilarang di beberapa negara yang represif seperti Mesir, negara asal Sayyid Quthb dan Ma'alim fi Ath-Thoriq. Bahkan, buku ini direkomendasikan dilarang oleh intelijen di negeri ini.

Buku ini dikatakan revolusioner karena ia hadir dengan ide yang berbeda dengan kebanyakan buku-buku lain yang sezaman dengannya. Saat itu memang banyak negara muslim yang sudah memerdekakan diri dari penjajah. Namun problem ternyata tidak serta merta berakhir. Diantara problem baru itu adalah, para penguasa militer atau otoriter yang menguasai sebagian besar negara muslim. Mereka memandang Islam sebagai ancaman, dan tidak ingin Islam menjadi way of life. Di sisi yang lain, umat Islam terpuruk dalam keterbelakangan dan tidak percaya diri dalam menghadapi Barat.

Manhaj Islam untuk Kebangkitan Umat

Ide-ide Sayyid Quthb dalam Ma'alim fi Ath-Thoriq yang sebenarnya diambilkan dari manhaj Islam ini dianggap baru karena sekian lama ia terpendam dalam puing-puing sejarah umat. Prinsip dakwah dalam manhaj Al-Qur'an, Jihad fi sabilillah, dan ketauhidan. Ini bukan sesuatu yang baru mestinya, dari dulu sudah ada. Namun, dengan metode yang sistematis dan gaya bahasa yang khas, Sayyid Quthb menjadikan hal-hal itu lebih hidup dan memiliki daya dobrak! Ia menjadi penyemangat serta menumbuhkan ruh juang bagi pembacanya.

Ma'alim fi Ath-Thoriq ini terdiri dari 12 bab dan diawali dengan muqoddimah. 4 bab diantaranya merupakan intisari Tafsir Fi Zhilalil Qur'an, yaitu; طبيعة المنهج القراني (Karakter Manhaj Al-Qur'an), التصور الإسلامي والثقافة (Pandangan Islam dan Kebudayaan), الجهاد في سبيل الله (Jihad fii Sabiilillah), dan نشأة المجتمع المسلم وخصائصه (Tumbuhnya Masyarakat Muslim dan Karakteristiknya). Sementara 8 bab lain merupakan bab yang perlu dituliskan Sayyid Quthb untuk memperjelas dan memperkuat intisari itu di samping untuk memenuhi tujuan utama buku ini ditulis. Yakni, sebagai petunjuk jalan yang akan dilalui para pioner kebangkitan umat, yang juga akan ditunjukkan kepada umat. Dengan adanya pioner inilah umat akan bangkit. Dengan eksisnya umat Islam inilah tugas manusia sebagai khalifah dan abdulloh serta peran umat Islam sebagai ummatan daa'iyan dan ummatan syaahidan bisa diimplementasikan. Dengan demikian, kepemimpinan barat yang rapuh karena tidak memiliki "nilai-nilai" yang membuatnya layak memimpin akan diambil alih oleh umat Islam.

Jika pioner kebangkitan umat menginginkan keberhasilan sebagaimana keberhasilan generasi pertama, mereka harus meneladani karakter mereka. Oleh Sayyid Qutb mereka disebut جيل قراني فريد (Generasi Qur'ani yang Istimewa), yang juga dijadikan judul bab setelah muqoddimah. Ada 3 faktor utama keberhasilan generasi ini; sumber rujukannya adalah Al-Qur'an dan steril dari pengaruh manhaj lain, mereka mempelajari Al-Qur'an untuk mengamalkan/mengaplikasikan, dan saat mereka masuk Islam dan mendapat Al-Qur'an seketika mereka melepas seluruh kejahiliyahan.

Al-Qur'an telah mengajarkan jalan dakwah bagi generasi pertama umat ini, جيل قراني فريد (Generasi Qur'ani yang Istimewa). Dan manhaj Al-Qur'an dalam dakwah ini seharusnya diikuti oleh para pioner kebangkitan umat. Bagaimana karakteristiknya? Sayyid Quthb menjelaskan bahwa jalan pertama adalah pembinaan aqidah. Inilah yang serius dilakukan selama 13 tahun fase Makkiyah, dan Al-Qur'an tidak melompat pada pembahasan lain, apalagi masalah cabang/furu'iyah. Ini pula yang dijadikan seruan dakwah oleh Rosululloh, meskipun peluang mendapatkan perlawanan lebih besar dari pada dakwah lain. Rosululloh tidak mendakwahkan nasionalisme Arab, tidak pula keadilan sosial dan perbaikan moral. Meskipun ketiga hal terakhir ini peluangnya lebih besar untuk didukung orang-orang Arab, tetapi ia bisa menjadi tuhan baru atau bersifat rapuh. Sedangkan aqidah, tauhid, ia akan terpatri kuat memberi daya dorong yang hebat, di samping itulah kebenaran hakiki yang harus menjadi pondasi setiap perubahan.

Perubahan yang terjadi karena tauhid adalah perubahan revolusioner pada diri seseorang atau bangunan umat. Sebab perubahan Islam berarti peralihan dari mengikuti manhaj makhluk menuju manhaj Pencipta. Perubahan Islam berarti meninggalkan sistem produk manusia untuk memilih sistem ciptaan Allah. Perubahan Islam berarti mencampakkan hukum buatan hamba untuk merengkuh dan mengaplikasikan hukum Allah. Perubahan inilah yang akan memuliakan manusia, serta membawa mereka menuju rahmat, setelah hidup penuh dengan kehinaan dan kelemahan.

Pioner umat yang akan melakukan misi perubahan revolusioner ini harus percaya diri dengan manhajnya; manhaj Islam, manhaj Al-Qur'an. Maka, persoalan jihad juga harus diterima apa adanya sebagaimana konsep Al-Qur'an yang telah dijelaskan Sayyid Quthb dalam Fi Zhilalil Qur'an saat menafsirkan surat Al-Anfal dan At-Taubah. Intinya, jihad bukan defensif, tetapi ofensif. Manhaj yang sama seperti dipahami Ibnul Qoyyim dalam Zaadul Maad. Saat dakwah dihalangi oleh kekuatan politik atau kekuasaan, maka jihad harus menetralisir kekuatan itu sehingga dakwah bebas disebarkan. Konsep inilah yang ditakuti oleh musuh-musuh Islam termasuk Inggris pada waktu itu sehingga mereka memesan kematian Sayyid Quthb kepada pemerintahan Jamal Abdul Nasir.

Ilham?

Tulisan Sayyid Quthb dalam bab terakhir هذا هو الطريق (Inilah Jalan Itu) seakan-akan seperti ilham yang dianugerahkan Alloh SWT bahwa ia hidup tidak lama lagi. Tiang gantungan telah menunggunya. Dalam bab ini ia mengakhiri buku terakhirnya ini dengan menjelaskan bahwa para pekerja Alloh bukan penentu hasil, mereka hanya perlu beramal. Bisa jadi mereka mendapatkan kemenangan dan berkuasa untuk menegakkan dinulloh, bisa jadi ia seperti kisah ashaabul ukhdud; mati namun keimanan telah menyebar, kemenangan hakiki di sisi Alloh SWT.

Maka, para pekerja Alloh pasti mendapatkan 4 hal. Pertama, hasil di dunia berupa ketentraman hati, perasaan bangga, bebas dari tarikan dan ikatan, takut dan bimbang. Kedua, saat meninggalkan dunia berupa sanjungan dari malaikat dan kehormatan. Ketiga, di akhirat ia mendapatkan hisab yang mudah dan kenikmatan yang besar. Keempat, ridho Alloh SWT.

(Tulisan ini disarikan dari Bedah Buku معالم في الطريق oleh penulis pada 20 Ramadhan 1430 H di Masjid KH. Faqih Usman, UMG.)
http://muchlisin.blogspot.com/2009/10/download-review-maalim-fi-ath-thariq.html

3. Mengapa Aku Di Hukum Mati.
Harga: Rp.30.000

Buku ini adalah dokumen yg ditulis asy syahid atas permintaan para penyidik yg mengintrogasi beliau dan kawan2nya. Tulisan ini menjelaskan berbagai peristiwa yg beliau alami, mulai dari awal perkenalannya dg harokah ikhwanul muslimin, penangkapan aktivis ikhwan, konspirasi pemerintah dan kolonial inggris, pembantaian di penjara, manhaj haroki yg di gagasnya, ide utk membentuk tanzhim baru, dan hubungan dg harokah ikhwan di luar negeri.

Sebuah buku putih yg dahsyat, yg selama ini jarang diketahui.

==============================================

Pemesanan: 0856.1471.343