Sunday, January 17, 2010

Musuh Agama-Agama

“Dengan tanpa rasa sungkan dan kikuk, saya mengatakan, semua agama adalah tepat berada pada jalan seperti itu, jalan panjang menuju Yang Mahabenar. Semua agama, dengan demikian, adalah benar, dengan variasi, tingkat dan kadar kedalaman yang berbeda-beda dalam menghayati jalan religiusitas itu. Semua agama ada dalam satu keluarga besar yang sama: yaitu keluarga pencinta jalan menuju kebenaran yang tak pernah ada ujungnya.” 

Begitulah salah satu pernyataan tegas seorang pendukung paham Pluralisme Agama di Indonesia, seperti ia tulis dalam artikel di satu koran nasional. Pandangan semacam ini kemudian menyebar ke berbagai penjuru. Klaim kebenaran agama bagi pemeluk masing-masing, dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Seolah-olah, kerukunan umat beragama harus dibangun di atas landasan teologi pluralis yang melarang setiap pemeluk agama meyakini kebenaran agamanya masing-masing.

Maka, betapa tesengatnya pendukung Pluralisme Agama di Indonesia, ketika pada tahun 2005,  MUI mengeluarkan fatwa yang mengharamkan paham Pluralisme Agama dan menyatakan sesat sejumlah aliran keagamaan. Karena itu, bisa dipahami, jika dalam berbagai seminar dan kesempatan, MUI menjadi bahan caci-maki.   Banyak yang kelabakan. Bahkan ada yang kalap. Sebuah Jurnal  yang diterbitkan di sebuah kampus Islam di Semarang pada edisi 28 Th XIII/2005, memuat laporan utama berjudul ”Majelis Ulama Indonesia Bukan Wakil Tuhan.”  Dalam jurnal ini, misalnya, diturunkan wawancara dengan seorang aktivis HAM  dengan judul ”MUI bisa Dijerat KUHP Provokator”. Ia membuat usulan untuk MUI: ”Jebloskan penjara saja dengan jeratan pasal 55 provokator, jelas hukumannya sampai 5 tahun.” 

Amerika Serikat juga sangat getal mengucurkan dana untuk penyebaran paham Pluralisme, sehingga banyak yang ”menyambut” dengan gegap gempita.  Dalam situsnya, (http://www.usembassyjakarta.org/bhs/Laporan/indonesia_Laporan_deplu-AS.html), ditulis: ”Kedutaan mengirimkan sejumlah pemimpin dari 80 pesantren ke Amerika Serikat untuk mengikuti suatu program tiga-minggu tentang pluralisme agama, pendidikan kewarganegaraan dan pembangunan pendidikan.”

Pluralisme Agama – sebagaimana yang banyak ditulis oleh para penganut dan penyebarnya -- memang bukan sekedar konsep toleransi, saling menghormati antar pemeluk agama, tanpa mengganggu konsep-konsep khas dalam teologi masing-masing agama. Menafsirkan QS al-Baqarah:62, sebuah disertasi doktor Ilmu Tafsir di UIN Jakarta menulis: ”Jika diperhatikan secara seksama,  jelas bahwa dalam ayat itu tak ada ungkapan agar orang Yahudi, Nashrani, dan orang-orang Shabi’ah beriman kepada Nabi Muhammad. Dengan mengikuti pernyataan eksplisit ayat tersebut, maka orang-orang beriman yang tetap dengan keimanannya, orang-orang Yahudi, Nashrani, dan Shabi’ah  yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir serta melakukan amal saleh – sekalipun tak beriman kepada Nabi Muhammad, maka mereka akan memperoleh balasan dari Allah. Pernyataan agar orang-orang Yahudi, Nashrani, dan Shabi’ah beriman kepada Nabi Muhammad adalah pernyataan para mufasir dan bukan ungkapan al-Quran.”

Pandangan dan penafsiran semacam ini tentu saja sangat keliru dan sama sekali tidak berangkat dari posisi teologis Islam. Ribuan mufassir al-Quran yang mu’tabarah sejak dahulu kala tidak ada yang memahami ayat al-Quran tersebut seperti itu. Sebab, dengan logika sederhana pun kita bisa memahami, bahwa untuk dapat "beriman kepada Allah" dengan benar dan beramal saleh dengan benar, seseorang pasti harus beriman kepada Rasul Allah saw. Sebab, hanya melalui Rasul-Nya, kita dapat mengenal Allah dengan benar; dapat mengenal nama dan sifat-sifat-Nya. Ini konsepsi teologis Islam.

Kaum Pluralis kadangkala memandang aspek keimanan ini sebagai hal yang kecil.  Kata mereka,  yang penting adalah nilai kemanusiaan. Manusia harus saling mengasihi, tanpa melihat agamanya apa; tanpa melihat jenis imannya. Tentu saja pandangan ini juga sangat keliru. Sebab, dalam kehidupan manusia pun, aspek pengakuan juga sangat penting. Anak menuntut pengakuan dari orang tuanya. Sebelum bekerja, Presiden juga perlu pengakuan dari rakyat bahwa dia adalah Presiden. Anak yang tidak mau mengakui orang tuanya disebut anak durhaka. Maka, pengakuan (syahadah) itulah yang diminta oleh Allah kepada umat manusia. Yakni, agar manusia mengakui bahwa Dia adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah; dan bahwa Muhammad saw adalah utusan-Nya yang terakhir.  Apa beratnya manusia untuk mau membuat pengakuan semacam ini? 

Ada yang bilang, bahwa soal iman kepada kenabian Muhammad saw itu adalah soal kecil saja; masalah yang tidak penting; jadi tidak usah dibesar-besarkan; yang penting adalah kehidupan yang harmonis dan hormat-menghormati antar sesama manusia.  Coba tanyakan kepada kaum yang mengaku Pluralis itu, jika iman kepada Nabi Muhammad saw adalah soal kecil, mengapa banyak yang keberatan untuk mengakui bahwa Muhammad saw adalah seorang Nabi. Mengapa?  Jika itu dianggap masalah kecil, mengapa hanya untuk soal yang “kecil” saja, mereka tidak mau iman?  Jadi jelas, bagi kaum Muslim, ini bukan soal kecil.

Bukan hanya kaum Muslim yang memandang Pluralisme Agama sebagai ancaman serius.  Tahun 2000, Vatikan juga mengeluarkan Dekrit Dominus Iesus yang menolak paham Pluralisme Agama.  Dokumen ini dikeluarkan menyusul kehebohan di kalangan petinggi Katolik akibat keluarnya buku Toward a Christian Theology of Religious Pluralism karya Prof. Jacques Dupuis SJ, dosen di Gregorian University Roma. Dalam bukunya, Dupuis menyatakan, bahwa ‘kebenaran penuh’ (fullnes of thruth) tidak akan terlahir sampai datangnya kiamat atau kedatangan Yesus Kedua. Jadi, katanya, semua agama terus berjalan– sebagaimana Kristen – menuju kebenaran penuh tersebut. Semua agama disatukan dalam kerendahan hati karena kekurangan bersama dalam meraih kebenaran penuh tersebut.

Buku Toward a Christian theology  of Religious Pluralism pada intinya menyatakan, bahwa Yesus bukan satu-satunya jalan keselamatan. Penganut agama lain juga akan mengalami keselamatan, tanpa melalui Yesus.  Karena ajarannya itulah, pada Oktober 1988 ia mendapat notifikasi dari Kongregasi untuk Ajaran Iman. Ia dinyatakan ”tidak bisa dipandang sebagai seorang teolog Katolik.” Surat itu ditandatangani oleh Kardinal Ratzinger, yang kini menjadi Paus Benediktus XVI.

Jadi, Vatikan pun tidak bisa menerima pandangan semacam ini, yang menerima kebenaran semua agama. Vatikan bersikap tegas. Tentu saja, orang-orang liberal dalam Katolik juga protes dengan sikap itu. Sama halnya kaum liberal di kalangan Muslim, juga marah-marah terhadap fatwa MUI soal Pluralisme Agama. Untuk menegaskan kebenaran agama Katolik, pada 28 Januari 2000, Paus Yohanes Paulus II membuat pernyataan: “The Revelation of Jesus Christ is definitive and complete.” (Ajaran Jesus Kristus adalah sudah tetap dan komplit).

Setiap pemeluk agama pasti memiliki posisi teologis yang berbeda-beda. Perbedaan itu harus dihormati. Kaum Pluralis Agama memang tidak jelas posisi teologisnya. Ia bukan Islam, bukan Kristen, bukan Hindu, atau Budha. Benar kata Dr. Stevri Lumintang, posisi teologisnya memang ”abu-abu”. Karena itulah, Dr. Stevri mencatat, dalam bukunya, Teologia Abu-abu, Pluralisme Agama, bahwa: ‘’...Theologia abu-abu (Pluralisme) yang kehadirannya seperti serigala berbulu domba, seolah-olah menawarkan teologi yang sempurna, karena itu teologi tersebut mempersalahkan semua rumusan Teologi Tradisional yang selama ini dianut dan sudah berakar dalam gereja. Namun sesungguhnya Pluralisme sedang menawarkan agama baru...’’ (***)


Sumber :http://www.adianhusaini.com/index.php?option=com_content&view=frontpage&Itemid=1

2 comments:

  1. Terimakasih artikel yang bagus...utk didiskusikan bersama utk mencari kebanaran----kebenaran yang hakiki hanya milik ALLAH swt.

    Sdr Adian Husaini adalah seorang Muslim yang menentang Islam Berpaham Liberal--menetang pluralis--menentang Ahmadiyah---menetang Demokrasi Seculer----dan anti Amerika----membenci kristen----dan dia bersimpati dgn perjuangan Islam berpaham garis keras---bersimpati dgn perjuangan Taliban----alqaida dll

    Jadi pemahaman Islam dari garis keras atau fundamentalis itu berbeda dlm menafsirkan2 beberapa ayat2 ALLAH terutama ayat2 berhubungan dgn hablul minan nash....sedangkan hal2 menginai hablul minallah.---banyak persamaan----sama sama shalat--puasa---naik hajji --bezakat dll

    Golongan Islam Fundamentalis ini sangat membenci Umat Kristen, dan orang2 Islam yang berpaham berbeda dgn mereka.

    Dalam golongan islam berpaham Liberal,ulama2 Liberal tidak semua sama dalam memahami Islam dan issue2 islam, ada sedikit perbedaan2nya.

    Persamaan Yang Utama dari ulama2 Islam berpaham Liberal adalah;

    1. Anti negara Islam Diskriminasi yang exclusive
    2. Menghormati semua keyakinan beragama maupun anti tuhan sekali pun,

    Menghormati bukanlah ikut2 keyakinan mereka, tidak demikian---memberikan kepada mereka untuk menjalankan keyakinan agamanya masing2-----sebagai mana ALLAH berfirman; ---agama mu untuk mu---agama ku untuk ku---- Rasul berlaku adil kepada semua agama...

    "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah( Taurat,Injil, Al quran ) dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu(yahuid--nasrani dan muslim). Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya lah kembali (kita)"QS 42:15, QS.5:8

    Inilah pegangan Utama dari Islam Berpaham liberal terhadap umat Non islam;yahudi dan nasrani...berlaku adil dan berkasih sayang dgn mereka...

    Berbeda dgn ulama2 Islam Fundamentalis bukan? Mereka merujuk kpd Fatwa2 Ulama2 Arab dan hadits2 palsu yg menyesatkan mereka.

    Kecuali kami tidak bisa bersahabat dgn golongan2 nasrani dan yahudi yang berpaham Fundamentalis---yang membenci Islam.

    Terhadap golongan nasrani Fundamenatalis Fanatik, maka kami(Liberal) sangat hati hati..sekali...


    AMERIKA.
    7 juta umat islam di amerika mendapat perlakuan yang adil dan tidak ada perlaluan diskrimiansi terhadapt muslim; wanita2 merdeka berpakaian jilbab dan di lindungi oleh undang2.

    Laki2 merdeka menjalan shalat jummat,dan dilindungi oleh undang2,setiap warga negara Amerika merdeka menjalankan ibdah agamanya masing2.

    Bagaimana sekiranya Amerika menjadi negara agama Protestan" yang penduduknya plural itu?

    Tentu akan terjadi perbuatan2 ketidak adilan dan diskriminasi dgn umat Islam, umat yahudi, katolik dan lain2nya.

    Kalau terjadi pemerintahan agama Protestan di Amerika,maka umat katolik ,yahudi dan islam akan menentang habis2an, karena pemerintahan akan berlaku diskriminasi...terhadap kami..

    Oleh karena itulah pemerintahan agama tidak memberikan solusi kpd masarakat ,tapi sebaliknya .

    Sebab dalam al Quran dan Bible ALLAH tidak memerintahakan rasul2nya untuk mendirikan negara agama.

    Tidak ada satu ayat pun secara explicit untuk mendirikan negara agama.

    Yang ada adalah setiap individu2 mentaati peraturan2 ALLAH dengan ikhlas---tanpa ada paksaan sama sekali.

    Jadi pemahaman islam Taliban atau garis keras itu tidak akan membawa umat yang plural ini menjadi umat rahmatan lil'alamin, tapi akan terjadi adalah penidasan2 terhadap minoritas..seperti terjadi di Eropah abad 13 dulu.

    Silakan buka sita ini;
    http://latifabdul.multiply.com/

    salam

    ReplyDelete
  2. Seperti biasa, alatif, cacing liberal satu ini pasti menyebar kebencian pada mereka-mereka yang ingin menegakkan Islam secara sempurna. Dia mengambil sejumput ayat yang mendukung mereka dan menafikan ayat-ayat yang lain. Dia juga menuduh tanpa menunjukkan bukti.

    Dia juga mengambil contoh-contoh negeri-negeri yang menafikan ajaran-ajaran Allah dan kitab-kitab Allah dan dengan kacamata kudanya menafikan diskriminatif nyata di bandara-bandara di "negara percontohan" nya.

    Dia juga tidak menyadari bahwa kitab-kitab dan ahli-ahli kitab yang tersebut di Al-Quran adalah mereka-mereka yang masih memegang ajaran-ajaran Allah yang turun sebelum Muhammad dan Al-Quran. Bukan ajaran-ajaran yang diusung oleh Paulus dan Constantine, bukan ajaran yang diusung oleh orang-orang Farisi yang seperti kita lihat sekarang ini. Masuk akal kan kalau Muhammad memeluk orang-orang yang masih memegang ajaran Islam pra-Muhammad, yang mana disempurnakan oleh Muhammad?

    Allah memang Tuhan/Rabb/Illah seluruh alam semesta, tetapi Allah hanya ridho pada Islam dan melaknat ajaran-ajaran lain.

    Kalau kamu, wahai cacing liberal, berkata bahwa negara Islam tidak akan memberikan kesejahteraan, berarti kamu menafikan Negara yang didirikan Nabi Muhammad di mana berlimpah kesejahteraan dan kebaikan di dalamnya. Berarti kamu juga menafikan Negara Islam yang didirikan oleh Para Khalifah di mana kesejahteraan dan kebaikan bertumbuh dan menyebar ke seluruh penjuru dunia dan ilmu-ilmu pengetahuan bertumbuh.

    Tidakkah kamu menyadari, wahai cacing liberal, bahwa masa kegelapan teokratis Katolik/Kristen terjadi karena PARA PENGANUTNYA TIDAK MENDAPATKAN AKSES LANGSUNG KE KITAB SUCI sehingga para PEMUKA AGAMA BISA SEENAK UDELNYA MENINDAS? Negara-negara Islam tidak demikian, para pemeluk agama mana pun bisa membaca kitab suci mereka sebebas-bebasnya. Nabi bahkan mengangkat beberapa yahudi menjadi pembantunya.

    Masalah negara-negara Arab sekarang terlihat sangat keras menegakkan Agama, bukankah itu satu hal yang HARUS DISUKURI dan bukan DICELA? Terlepas dari mereka terlhat terlalu keras atau bukan, tapi keinginan mereka untuk menegakkan agama harus ditiru dan bukannya dimusuhi.

    Kalau kau memusuhi negara-negara seperti itu, berarti kamu memusuhi Islam.

    Sudahlah, ajaran-ajaran liberalmu bagaikan lidi yang tercerai berai, mudah dipatahkan bahkan dengan logika sederhana sekalikpun

    ReplyDelete